Mohon tunggu...
wijayanti ktg
wijayanti ktg Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi nonton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesantren sebagai Wadah Pembentukan Karakter

7 Desember 2022   10:48 Diperbarui: 7 Desember 2022   11:01 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berdirinya pesantren berawal dari penyebutan dari masyarakat kepada seseorang yang dikata "alim" atau memiliki pemahaman ilmu yang mendalam. Karena dianggap orang yang berilmu banyak orang berdatangan untuk mempelajari ilmu kepada beliau. Sistem pendidikan pesantren  sudah eksis sebelum Indonesia merdeka, bisa dikatakan bahwa pesantren sebagai lembaga tertua yang ada di Indonesia. Pesantren memberikan pengaruh besar kepada bangsa Indonesia sebagai wadah menuju kemajuan yang lebih baik.

Pesantren inti dari kata "santri" yang merupakan bentukan kata "pe-santri-an" kemudian untuk menyederhanakan penyebutan menjadi kata pesantren. Pengaruh dari lembaga pesantren memiliki dampak cukup besar, dilihat dari nilai-nilai agama sebagai rujukan, juga sikap santri dan berfikir ideal, serta menjadi metode dakwah kemasyarakatan. Bagi masyarakat yang berada di pelosok desa zaman dahulu, pesantren telah menjadi wadah dalam memberikan pelajaran kepada anak-anak yang tidak menempuh pendidikan di sekolah formal, dikarenakan biaya ataupun kondisi daerah. Pesantren menjadi rumah bagi para santri sebagai tempat untuk menimba ilmu. Santri diberikan pendidikan yang cukup sebagai bekal agar mampu menjalani dan dapat menghadapi pertanyaan maupun permasalahan di kehidupan nantinya.

Pada mulanya pola pengajaran pesantren dilakukan terbuka yaitu kyai membaca, menerjemahkan, dan menerangkan kitab yang diajarkan sementara para santri menyimak penjelasan sang kyai. Dapat dikatakan lulus ketika santri dapat menguasai ilmu yang telah diajarkan kyainya. Khidmahnya santri pada kyai menjadi ukuran terpenting dan kemampuan dalam mendapatkan ilmu dari sang kyai. maka dari itu lamanya waktu belajar santri ketika di pesantren itu berbeda-beda. Semakin berkembangnya waktu, beberapa pesantren mulai melakukan pembaharuan dengan menciptakan sistem kelas dan memulai pembakuan kurikulum. Pada priode kelas model evaluasi memiliki perubahan, dimana seorang santri dapat dikatakan lulus setelah menyelesaikan studi pada jenjang tertentu di madrasah diniyah.

Saat ini pesantren telah masuk pada era globalisasi, dimana terdapat perubahan yang sangat cepat dan radikal dikarenakan media informasi. Media informasi memiliki berbagai macam keuntungan namun juga dapat memberikan dampak negative kepada penggunanya. Pesantren sebagai lembaga pencetak generasi islami dan pusat pemberdayaan masyarakat harus dapat menciptakan generasi yang dapat ikut bersaing dalam dunia global. Pastinya lembaga pesantren juga harus berproses dan dapat mengikuti pergerakan zaman dengan tetap melestarikan tradisi yang dianggap baik.

Pada era globalisasi saat ini pesantren memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seseorang. Pembentukan karakter yang baik dapat terjadi apabila seseorang melakukan kegiatan yang positif sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Karakter seseorang dapat mempengaruhi, begitu juga dalam memilih teman jika memiliki karakter yang baik maka kita akan ikut baik begitupun sebaliknya. Ketika di pesantren semua santri berasal dari daerah, bahasa, karakter, dan budaya yang berbeda-beda. Semua akan menjadi satu dalam pesantren dan pendidikan di pesantren akan mendidik santri arti dari kebersamaan. Dalam pembentukan karakter seorang santri membutuhkan kesatuan pembelajaran antara teori dan praktek, juga pelaksanakannya dalam kegiatan sehari-hari.

Selama di pesantren santri akan di ajarkan pembelajaran sesuai dengan sistem pesantren. Menjadi seorang santri harus mempersiapkan mental dan memiliki semangat untuk belajar di pondok. Saat berada di pondok para santri akan membiasakan hidup bersama orang baru.  Banyak santri berasal dari daerah yang berbeda-beda. Seperti yang sudah kita ketahui di daerah jawa terdapat banyak pesantren, sampai banyak santri yang berasal dari luar jawa menuntut ilmu di jawa.

Beberapa budaya baru akan ditemukan ketika mondok seperti halnya ghosob contohnya, memakai sandal teman tetapi tidak izin kepada pemiliknya, perkara seperti ini sering kali terjadi di pondok. Padahal ghosob merupakan perkara yang haram hukumnya, maka dari itu perkara ini sebaiknya tidak kita lakukan karena dapat merugikan orang lain. Budaya yang lain yaitu santri itu terbiasa mengantri, mandi harus mengantri, mengambil makan ngantri, mengaji juga mengantri kepada guru ngaji.

Pesantren juga bisa menjadi alternatif bagi para santri dalam mengembangkan bakat dan minat. Sebagai contoh di beberapa pondok ada yang menyediakan wadah untuk mengembangkan bakat para santri. Salah satunya melaksanakan kegiatan tambahan ekstrakulikuler menjahit, melukis/kaligrafi, qira'ah dan lain sebagainya. Dengan di adakannya kegiatan ekstrakulikuler tersebut sebagai bekal untuk disalurkan kepada masyarakat nanti.

Sumber rujukan

1. Hendi Kariyanto. Peran Pondok Pesantren Dalam Masyarakat Modern, Edukasia Multikultura, Vol. 1, Agustus 2019.

2. Imam Syafe'i. Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, Mei 2017.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun