Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Selama Ujian Nasional Masih Ada, Jangan Harap Kualitas Pendidikan Indonesia Meningkat

29 November 2012   03:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:30 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13541623351563435291

[caption id="attachment_226511" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Saya bukan guru yang pro Ujian Nasional (UN). Bukan pula guru yang kontra atau tidak suka adanya UN. Saya hanya melihat proses pelaksanaan UN di Indonesia masih sebatas proyek, dan bukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Itulah sedikit bocoran diskusi kami dalam konferensi nasional guru blogger di Kampus C Universitas Airlangga pada 28-29 Nopember 2012. Seharusnya UN hanya sebatas pemetaan saja, sebelum pemerintah memberikan pelayanan yang maksimal kepada semua stake holder yang ada di sekolah. Saya khawatir, dana yang begitu besar akan terbuang begitu saja, hanya untuk mempersiapkan UN yang mohon maaf belum teruji validitasnya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Coba apa buktinya? Ketika bertemu dengan seorang teman yang menjadi penulis bank soal UN, saya agak terkaget juga. Begitu banyak dana UN untuk persiapan pembuatan soal-soal. Mereka diundang ke Jakarta, dan diinapkan di hotel megah bersama ratusan guru lainnya. Itu baru persiapan soal, belum pada tahap pembuatan soal. Bisa dibayangkan, berapa dana yang harus dikeluarkan sampai soal dievaluasi? Silahkan anda hitung sendiri! Saya punya solusi jitu. Bagaimana kalau UN ditiadakan saja. Pertama tidak ada efeknya untuk anak di SMP ke SMA atau dari SMA ke perguruan tinggi (PT). Bukankah lebih baik kita menggunakan sistem Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) saja? Para calon mahasiswa yang akan kuliah di perguruan tinggi diminta ikut tes masuk perguruan tinggi. Biar dosen-dosen di PT saja yang mikir untuk bikin soalnya. Daripada dosen ngobyek sana-sini menjadi konsultan pendidikan. Terus terang saya lebih suka sistem penerimaan mahasiswa baru di PT, karena lebih fair dan setiap perguruan tinggi akan berusaha membuat soal yang berkualitas. Sebab selama ini, anak yang lulus UN dengan nilai tinggi, tidak otomatis dia bisa masuk di perguruan tinggi yang dipilihnya. Anak itu harus ikut tes masuk terlebih dahulu. Lalu untuk apa ada UN? Bukankah lebih baik UN hanya untuk pemetaan saja, dan bukan untuk menentukan nilai kelulusan?. Maaf ya pasti pemerintah gerah kalau UN gak ada. Memang capek membahas soal UN ini. Para pakar pendidikan sudah banyak yang menuliskannya. Sebagai seorang guru yang berada di lapangan, saya hanya melihatnya dari sudut pandang saya saja. Tapi kok bisa sama ya, ketika kami bertemu, dan berkumpul dengan guru lainnya di daerah? UN belum bisa dijadikan standar mutu kelulusan. UN baru sebatas proyek saja. Jadi sebaiknya sebagai pemetaan saja, dan bukan penentu kelulusan. Saya cuma melihat, mereka yang belajar di kota besar, mereka bisa ikutan kurus eh kursus dan bimbingan belajar. Sekolah di kota bisa bikin pendalaman materi UN. Sementara yang di daerah? Saya rasa, gurunya saja kalau disuruh menjawab soal UN, belum tentu bisa menjawabnya dengan benar. Jadi, apakah kita masih mengandalkan UN untuk meningkatkan mutu pendidikan? Bukankah di setiap daerah sudah ada kepala dinas? Bukankah sekarang ini sudah ada otonomi daerah? Biarkan saja mereka melakukan inovasi di daerahnya masing-masing, sehingga akan terlihat daerah mana yang mampu meningkatkan kualitas pendidikannya. Kalau kualitas hanya diukur dengan nilai UN, saya agak pesimis kita akan menjadi negara yang maju, bermartabat, dan mampu mengejar ketertinggalan kita dengan negara lainnya. Indonesia ini negara kepulauan. Dengan bentuk tes offline atau cetak jelas akan membuat biaya UN menjadi sangat mahal. Kenapa tidak dicoba dengan cara online? Tes online seperti Uji Kompetensi Guru lebih bagus kali ya, hehehe. Setiap daerah diharpakan memiliki server sendiri-sendiri. Tapi, itu hanya satu solusi saja loh, masih ada solusi lain yang lebih jenius. Misalnya ganti menteri pendidikan nasional dari kalangan blogger, hahaha. Sudah akh! Ini hanya sekedar obrolan miring tentang UN. Semoga ada cara lain yang lebih hebat daripada kita melaksanakan UN yang biayanya fantastis. Kalau duitnya buat membangun gedung sekolah atau fasilitas lainnya mungkin lebih bagus kali ya? Mohon pendapat teman-teman pembaca. Ikutan komentar yuk! Salam Blogger Persahabatan Omjay http://wijayalabs.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun