Saya terkejut ketika membaca salah satu blog siswa di dunia maya yang berada di luar kota Jakarta. Isinya menceritakan tentang kegiatan guru-gurunya mengajar di depan kelas.
Riset yang dilakukan selama periode 22 Agustus 2011 sampai 22 Agustus 2013 itu menemukan fakta bahwa sekolah, yang seharusnya menjadi wahana pengayaan wawasan dan pengetahuan, ternyata tidak dipandang demikian oleh sebagian peserta didiknya. | M Latief/KOMPAS.com
Ada yang positif untuk ditanggapi, dan ada juga unsur negatifnya. Tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Tapi, bagi saya pribadi anak ini adalah anak yang kreatif. Kreativitas menulisnya sangat luar biasa. Dia mampu mengembangkan sebuah foto menjadi tulisan yang enak dibaca dan memberikan pencerahan bagi siapa saja yang membacanya. Saya pun berpikir, ternyata saat ini ruang kelas yang tertutup itu kini telah terbuka. Publik bisa melihat langsung, apakah kelas itu menyenangkan ataukah tidak.
Riset yang dilakukan selama periode 22 Agustus 2011 sampai 22 Agustus 2013 itu menemukan fakta bahwa sekolah, yang seharusnya menjadi wahana pengayaan wawasan dan pengetahuan, ternyata tidak dipandang demikian oleh sebagian peserta didiknya. Di antara perbincangan paling marak yang menyinggung kegiatan belajar-mengajar, secara tersirat pesan mereka mengesankan aktivitas belajar-mengajar di sekolah tidak menyenangkan.
Hal itu saya baca di website kompas dihttp://edukasi.kompas.com/read/2013/08/23/1428213/Sekolah.Terasa.Menyenangkan.Saat.Kelas.Kosong.Guru.Sakit.atau.Rapat.
Dulu, ketika teknologi belum canggih seperti sekarang ini, kita tak tahu apa yang dilakukan oleh siswa dan guru di kelasnya. Namun, dengan berkembangnya dunia teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atauInformation Communication and Technology (ICT) hal-hal yang dulunya tertutup, kini dapat dengan jelas kita lihat.
Contoh kasus ketika salah satu stasiun televisi menyiarkan dua orang pelajar SMP yang terlibat perkelahian di kelasnya. Melalui handphone atau ponselkejadian itu dapat direkam oleh temannya, dan kemudian disebarkan oleh yang merekam ke berbagai kalangan termasuk youtube. Ketika film itu sampai kepada wartawan, jadilah kejadian itu sebuah berita besar dan berujung kepada pencitraan sekolah itu di masyarakat.
Belajar dari kejadian itu, betapa mudahnya informasi di ruang kelas dapat tersebar ke seluruh dunia. Betapa mudahnya para penduduk asli dunia digital ini memanfaatkan teknologi.Guru harus menjadi pemandu bagi mereka, agar teknologi yang ada dapat dimanfaatkan secara baik.
Sudah sewajarnya para guru harus siap menghadapi dampak dari teknologi yang diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, bukan untuk memperparah pekerjaan manusia. Teknologi diciptakan seharusnya dapat dimanfaatkan dan membantu para guru menyampaikan bahan ajarnya yang membuat para siswa mendapatkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Itulah yang disebut PAIKEM.
Di dalam pembelajarannya guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang mengundang siswa untuk aktif belajar. Seperti layaknya facebook, twitter, dan games di internet. Guru harus bertanya pada mereka, kenapa mereka suka games, twitter, dan facebook? Mengapa mereka tak tertarik dengan pelajaran fisika, kimia, dan biologi? Apalagi pelajaran matematika? Tentu para guru harus mencari solusi melalui Penelitian tindakan Kelas (PTK). Adanya PTK yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya di kelasnya sendiri.
Akhirnya, ruang kelas yang tertutup itu kini telah terbuka. Sudah siapkah kita para guru menerima kritik dan saran dari para siswa, ketika foto kita tersebar di dunia maya?. Sudah siapkah kita bila cara mengajar guru yang kurang baik terekspost keluar dan mempermalukan kita?. Sudah siapkah kita bila film-film tentang pembelajaran yang dilakukan di kelas kita tersebar luas di facebook dan youtube? Sudah siapkah kita para guru menerima kecanggihanICT ini? Semua itu berpulang pada diri guru itu sendiri. Saya hanya dapat mengajak para guru untuk dapat melek ICT, dan menciptakan informasi di internet. Mari kita lakukan gerakan melek ICT sekarang juga. Jangan biarkan kelas-kelas kita yang tertutup itu menjadi terbuka dengan hal-hal yang membawa dampak negatif bagi dunia pendidikan. Peserta didikpun harus diajak belajar ke luar kelas agar mereka tahu apa yang terjadi di luar kelas, seperti kegiatan studi banding ke pabrik gula.