Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indahnya Bulan Ramadan

19 Juni 2017   12:22 Diperbarui: 19 Juni 2017   13:00 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kala Ramadhan datang, tiba-tiba jumlah pengemis di perempatan, di kendaraan umum, di pasar, di pemukiman, di mana saja meningkat berkali lipat. Dari anak balita sampai nenek kakek renta. Macam-macam tampilan mereka yang mendatangkan rasa iba. Mengapa Ramadhan jadi identik dengan meningkatnya jumlah pengemis?

Sebab mereka tahu, dari pengalaman bertahun-tahun bahwa pada bulan Ramadhan, hampir semua orang mendadak dermawan. Para dermawan itu malah sering mencari peminta-minta untuk memberikan sedekah. Meski di luar Ramadhan belum tentu ia sedermawan itu.

Bukan hanya itu, banyak orang secara sendiri-sendiri atau beramai-ramai, atas nama kelompok metal atau mejelis ta'lim, perusahaan atau lembaga, macam-macam perkumpulan jadi rajin mengundang anak yatim buka bersama, memberi santunan atau bingkisan lebaran. Mereka rebutan mengantar makanan bukaan ke masjid. Banyak masjid membuat acara buka bersama setiap hari. Ada lagi yang membagi-bagikan makanan sahur pada gelandangan, pengemis, tukan ojek, penjaga perlintasan kereta api, tukang ronda dan banyak orang yang bekerja di jalanan sampai pagi. Alangkah indahnya. Semua orang begitu getol dan senang berbagi. Akan menjadi semakin indah bila di luar Ramadhan bisa tetap seperti ini.

Mengapa semangat berbagi begitu melangit? Boleh jadi karena berbuat baik pada Ramadhan balasannya dilipatgandakan. Dengan demikian orang berlomba-lomba berbuat kebaikan. Karena banyak orang berbuat baik, mungkin sebagian orang merasa tidak enak bila tidak ikutan. Tentu saja penjelasan ini belum tentu benar. Meski memang ada orang yang telah mengumpulkan atau menabung uang dan barang untuk dibagikan khusus pada bulan Ramadhan.

Ada pula orang yang pada dasarnya memang sudah terbiasa berbuat baik dan berbagi. Dalam bulan Ramadhan, ia tingkatkatkan kuantitas dan kualitas perbuatan baiknya.

Memang bukanlah hal yang mengherankan bahw dalam hidup ini ada banyak tipe manusia dalam berbuat baik. Ada yang sudah membiasakan diri berbuat baik. Orang seperti ini setiap saat berbuat baik. Bisa jadi pada Ramadhan ia meningkatkannya. Ada pula yang dengan sengaja berbuat baik pada bulan Ramadhan karena imbalannya berlipat ganda. Juga terdapat orang yang berbuat baik karena ikut-ikutan. Oleh karena ketiga tipe ini bearbuat baik pada bulan Ramadhan, maka jumlah orang berbuat baik dan berbagi sangat meningkat.

Tampaknya, Allah sengaja melipatgandakan imbalan berbuat baik pada Ramadhan untuk mendorong semua orang berbuat baik. Diharapkan mereka dapat mengalami, menikmati dan merasakan keindahan berbuat baik tersebut. Pengalaman yang nikmat dan indah itu diharapkan akan mendorong semua orang itu tetap berbuat baik di luar Ramadhan.

Oleh karena itu orang yang berbuat baik pada bulan Ramadhan di samping mendapat imbalan berlipat, akan terus menfapatkan imbalan bila melanjutkan perbuatan baiknya di luar Ramadhan. Oleh sebab itu salah satu indikator keberhasilan menjalankan ibadah selama Ramadhan adalah akibat atau efeknya di luar Ramadhan. Bila di luar Ramadhan berbagai kebaikan itu dapat dilanjutkan, bukan hanya Ramadhan yang indah, lebih dari itu, hidup ini indah jadinya.

Sejatinya bila kita berbuat kebaikan, seperti berbagi, terutama berbagi rezeki, jangan pernah berfikir bahwa hanya orang yang menerima yang mendapat manfaat. Yang lebih banyak mendapat manfaat itu adalah yang memberi. Sebab mengeluarkan bagian dari uang dan harta kita adalah cara untuk membersihkannya. Karena pada dasarnya apapun yang diperoleh tidak pernah merupakan usaha kita sendiri. Ada kontribusi orang lain di situ. Jadi merupakan keharusan untuk berbagi. Sebagai ungkapan syukur dan terima kasih.

Berbagi, apalagi dalam bentuk uang dan benda seringkali susah dilakukan. Pastilah rasa sulit itu berakar pada hati yang bakhil. Oleh karena itu memberi itu bukan sekedar membersihkan harta. Melampaui itu, memberi membersihkan hati.

Dengan memberi, kita menjaga keseimbangan dan keselarasan sosial. Berbagi adalah cara memeratakan keadilan. Sehingga kesenjangan sosial bisa ditata dengan lebih baik, kerekatan antarmanusia bisa ditingkatkan. Dengan demikian tindakan kriminal bisa dicegah, dan kerusuhan sosial bisa diredam. Allah bahkan tegaskan, bila harta hanya dinikmati segelintir orang itulah pertanda buruk dari sistem sosial yang bisa hancurkan seluruh masyarakat. Mereka yang miskin dan terhina, bisa merasa apapun boleh dan bisa mereka lakukan karena mereka tidak mendapat apapun dari kekeyaan yang ada dqlam masyarakat. Perut lapar dan kemiskinan yang akut bisa jadi pemicu kejahtan dan kerusuhan. Bahkan menjerumuskan manusia pada kekafiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun