Buat Apa Menulis di Kompasiana?

Buat apa saya menulis di Kompasiana? Buat berbagi ilmu dan pengalaman. Dari tanggal 22 November 2008 sampai sekarang. Omjay terus menulis di Kompasiana dengan penuh kesabaran dan kesetiaan. Omjay tidak tergoda menulis di tempat lain. Walaupun banyak tempat untuk menulis di luar Kompasiana.

Satu persatu orang yang dulu menulis di Kompasiana pergi. Ada yang pindah menulis di tempat lain dan ada yang sudah meninggal. Ada juga yang sudah berhenti menulis. Sebab menulis tidak menghasilkan uang buat dirinya. Mereka lebih memilih hobi yang bisa mendatangkan cuan bagi dirinya.

Berhentilah menulis bila hanya uang yang dicari. Sebab mencari uang dari hasil menulis itu tidak besar. Namun, uangnya halal dan bisa dinikmati untuk makan bersama keluarga tercinta. Bagi Omjay uang bukanlah hal yang dicari dalam dunia tulis menulis. Sebab yang Omjay cari adalah orang yang bisa menjadi panutan hidup seperti Oma Roselina dan Opa Tjipta. Mereka berdua adalah contoh orang yang suka menulis dan membagikan pengalamannya untuk dibaca orang lain.

Menulis di Kompasiana itu seperti memberi makan orang lain. Kita berbagi makanan kepada orang lain. Kita berbagi ilmu dan pengalaman. Kalau banyak yang baca Alhamdulillah. Kalau sedikit yang baca dinikmati saja. 

Suatu saat pasti ada yang membaca tulisan kita. Minimal teman hidup kita. Istri Omjay adalah pembaca setia tulisan Omjay. Kalau ada yang salah dalam tulisan, maka dia akan telpon atau menyampaikan langsung supaya dihapus atau diganti saja kalimatnya.

Kalau tulisan kita bagus, dan informatif pasti akan banyak dibaca orang lain. Kalau sepi pembaca itu tandanya kita harus terus belajar menulis. Jangan patah semangat. Terus saja menulis. Suatu saat tulisan kita akan banyak dibaca orang lain. Itulah yang Omjay alami dan jalani setelah lebih dari 14 tahun belajar menulis di Kompasiana. 

Wah sudah lama juga ya!

      

Menulis selama 14 tahun di Kompasiana bukan waktu yang sebentar. Butuh kesabaran dan kesetiaan pada aturan yang dibuat oleh pengelola Kompasiana. Setiap orang ada zamannya dan setiap zaman ada orangnya.

Dahulu kompasiana dipimpin oleh Pepih Nugraha dan kemudian digantikan Iskandar Zulkarnain. Setelah itu digantikan oleh Nurullah yang nampaknya harus lebih banyak belajar sabar daripada pendahulunya. 

Semoga Kompasiana semakin besar dan jaya. Semakin dibutuhkan oleh banyak orang Indonesia yang suka menulis. Bukan hanya orang Indonesia saja tapi juga dari manca negara.