Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

ICT Is Beautiful

31 Januari 2019   07:32 Diperbarui: 31 Januari 2019   07:40 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ICT IS BEAUTIFUL.

                               

KAMI LAPOR PAK jOKOWI. Mata pelajaran prakarya tetap dipertahankan oleh kemdikbud dalam struktur kurikulum 2013 yang direvisi. Sudah 5 tahun semenjak kurikulum 2013 diberlakukan, di sekolah kami tdk ada lagi ujian sekolah praktik maupun teori matpel tik. 

Mungkin di sekolah LAIN juga mengalaminya. Posisi TIK digantikan oleh prakarya. Padahal ICT is Beatiful.

TIK itu cantik bila dipelajari dan siswa menguasainya dengan baik. Siswa selalu bertanya mengapa tidak ada lagi mata pelajaran TIK? Saya menjawab regulasinya sedang kita perjuangkan bersama. Komunitas guru tik dan kkpi dan ikatan guru TIK PGRI terus mendorong agar tik kembali menjadi mata pelajaran lagi. Kita tidak rela TIK diganti PRAKARYA.

Regulasi matpel TIK ini penting sehingga materi tik bisa disampaikan secara terstruktur dan sistematik. Nilai TIK siswa masuk raport dan guru TIK bekerja sesuai amanat uu guru dan dosen tahun 2005 pasal 1 ayat 1. 

Juga sesuai Peraturan presiden atau PP Nomor 19 tahun 2017 pasal 1. Bukan hanya sekedar keluar permen 45 tahun 2015 yang tidak berjalan mulus di kurikulum 2013. Tiap sekolah menjalankannya berbeda-beda. Sebab sifatnya optional dan bukan kewajiban.

Kami sudah berkeliling dari kota ke kota di Indonesia melalui Workshop Elearning. Materi TIK ternyata belum bisa dititipkan ke matpel lainnya. Padahal di era pembelajajaran abad 21 materi tik sangat dibutuhkan siswa. 

Terutama untuk mengembangkan literasi digital dan membangun personal brand di internet. Kami saja yang guru TIK belum sepenuhnya menguasai TIK, apalagi guru mata pelajaran lainnya.

Dulu sewaktu dipaksa mengajar prakarya, materi TIK saya sisipkan. Salah satu produknya adalah membuat alat penjernih air. Anda bisa melihatnya dengan keyword membuat alat penjernih air di kurikulum 2013.


https://youtu.be/dVurpGLpC-o


Kemampuan guru kita di bidang TIK masih sangat rendah. Integrasi TIK ke dalam semua matpel belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu kami sangat menyayangkan mata pelajaran tik dihapuskan dan diganti prakarya. 

Sementara gurunya blm dipersiapkan dgn baik. Ini fakta dan tidak mengada-ngada. ICT is Beatiful menjadi tidak indah hanya karena kebijakan yang kurang tepat.

Kalau pemerintah ingin mengurangi jam pelajaran kenapa harus ada matpel prakarya? Amanat uu sisdiknas pasal berapa ada matpel prakarya? Lebih baik materi TIK yang ketinggalan zaman diperbarui. 

Materinya kita sempurnakan dan mengikuti perkembangan saat ini, sehingga anak Indonesia paham sistem operasi dan berbagai aplikasi dengan cara membuatnya sendiri. Computer science menjadi salah satu alternatifnya.

Setelah menjadi guru matpel prakarya selama 2 tahun di kurikulum 2013, kami menemukan bahwa materi prakarya bisa dimasukkan ke matpel ipa dan seni budaya. Jadi tidak perlu ada matpel baru. 

TIK biarkan berkembang menjadi matpel yang materinya terus dikembangkan oleh puskurbuk. Bukan hanya sekedar mengintegrasikan TIK ke dalam mata pelajaran. Sementara gurunya saja belum menguasai TIK. 

Saya jamin kalau semua guru mata pelajaran diminta ikut Uji Komputensi TIK, pasti banyak yang tidak lulus. Kami saja guru TIK banyak yang tidak lulus, apalagi yang belum tahu ilmu TIK. 

Minimal guru -guru harus ikut kuliah S1 TIK, baru bisa menguasai TIK dengan baik. Sebab ada perguruan tingginya yang meluluskan mahasiswanya menjadi guru TIK.

Seorang kawan menuliskan di group wa. "Hanya Mengakses informasi lewat internet?..inikah harapan Tik terintegrasi ke dalam mapel...!!!!!" Apakah integrasi tik ke semua matpel hanya dipahami sebatas guru bisa internetan?

Kebijakan yg salah ini perlu dikaji dengan data penelitian yg otentik. Guru dan dosen dpt melakukan penelitian ttg ini. Tdk seperti yg dilakukan puskurbuk. Dimana monitoring dan evaluasi kurikulum 2013 dilakukan hanya utk memperkuat kurikulum 2013.

Akibatnya masukannya hanya sebatas merevisi kurikulum 2013. Pengertian tik terintegrasi dan melekat ke semua matpel masih terbatas kpd tik sbg alat bantu dan bukan tik sbg ilmu.

Seorang kawan menimpali. "Monitoring karena ada proyek....K 13...dah telan dana 5.5 T...kedepan lebih banyak lagi....hasilnya ? Uang Rakyat di hambur hamburkan".

Pada akhirnya.generasi emas indonesia hanya tahu tik sbg alat bantu saja dan tik sbg ilmu kurang dikembangkan dgn baik. Mereka kelak hanya menjadi bangsa pengguna dan bukan pencipta tik.

Seorang kawan guru TIK menuliskan, "sejak k13 diberlakukan siswanya hanya pintar buka facebook utk chating, buka internet, pegang dan mengoperasikan hp android itulah kenyataannya, coba klau sudah mengerjakan suatu kasus/permasalahan ttg buat surat pakai word, presentasi, tabel, dll. 

Apakah bisa pembelajaran TIK itu hanya alami saja tanpa diajarkan....Coba kita bayangkan klau mereka nantinya sudah bekerja, apa bisa mengerjakan kasus tersebut...pembodohan jadinya...."

Seharusnya TIK juga diperlakukan sebagai sebuah ilmu. Sekolah swasta melihat peluang ini. Kami di sekolah swasta justru mengembangkannya. Hanya saja regulasi dari kemdikbud kurang memudahkan langkah kami. Sebab sekolah swasta harus taat pada aturan akreditasi dan regulasi dari kemdikbud.

Uang rakyat begitu banyak keluar dan hasilnya kurang maksimal. Kurikulum hanya menghabiskan uang rakyat yang hasilnya belum bisa digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Saya teringat ketika pertama kami kali ikut diklat k13 di hotel bintang 5 kawasan lembang bandung. Nampak sekali panitia tdk siap dan jumlah waktu yg digunakan hanya efektif 3 hari sedangkan 2 hari hanya utk pembukaan dan penutupan.

Seorang kawan di luar jawa menuliskan, "Ya betul om itupun tidak semua mapel melaksananan kira2 kalau diprosentase 10% yg lain bp ibu gurunya masih gaptek itu yg menjadi masalah sebagai buah simalakama berlakunya k13"

"Kita,lihat saja nanti...pelatihan pelatihan...yang konon k 13 telah di revisi. Tempatnya di hotel berbintang .. Mkn enak...pulang dapat uang saku....habis itu....Kgk faham apa apa.. YANG PENTING DAPAT DUIT". Lanjut seorang kawan lainnya.

Menurit analisa saya tentang kurikulum. Saya yakin dari aceh sampai papua kondisinya sama. Sebab saya pernah berada dalam tim monev k13 di 2 kota bersama tim puskurbuk. Saya pun tahu bgm kawan kawan puskurbuk bekerja.

Sewaktu di aceh saya temui guru guru yg belum melek tik dan mereka mengaku blm menguasai tik dgn baik. Mereka hanya mampu mengoperasikan powerpoint dan itupun masih dibuatkan oleh kawan guru lainnya.

Kawan di daerah menulis, "Di daerah saya banyak guru yg pegang mouse saja gemetar.".

Di aceh saya melihat dgn mata kepala sendiri bahwa mereka memerlukan pelatihan tik. Tapi sayang belum terwujud sesuai harapan mereka.

Kondisi serupa saya alami di palangkaraya. Kondisi gurunya blm menguasai tik dengan baik. Bisa anda bayangkan kalau tik terintegrasi ke semua matpel dan melekat pada guru.

Di sekolah sekolah yg ada di pulau jawa pun demikian. Dari pengamatan saya melaksanakan workshop elearning di 25 kota, saya temukan banyak guru yg belum kuasai tik dgn baik. Jujur saya sedih sekali.

Ada kawan guru menuliskan di facebook, "Di daerah sy jg sama, biarpun sdh pakai k13, tp mengajarnya tidak ada bedanya dengan yg ktsp jad k13 rasa ktsp... Wkwkwk."

Kalau kemdikbud tetap memaksakan tik terintegrasi ke semua matpel seharusnya diklat tik diberikan terus menerus kpd guru. Sehingga mereka bisa mengaplikasikannya dalam pembelajaran di kelas. TIK sebagai ilmu akan dirasakan oleh para guru sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran.

Kenyataan di lapangan saat ini guru mengajar di kurikilim 2013 rasa ktsp. Artinya kurikulum 2006 masih lebih berkesan bagi guru ketimbang k13 yang setengah mentah.

"Guru itu fokusnya ke murid...ee di tambah ke teman guru dan staff TU....Fungsi LP TK...untuk apa ?", kata seorang guru.

Sesuatu yg dipaksakan memang kurang bagus walaupun kita tahu perubahan itu pasti. Ikut memaksa guru berubah sementara dosen di perguruan tinggi dan birokrasinya tdk berubah, sama saja melajukan hal yg mubazir. Sebab perubahan itu semakin amburadul krn dikelola oleh mereka yg blm berubah.

Solusinya sebenarnya mudah. Jgn paksakan k13 di semua sekolah. Biarkan sekolah mengevaluasi dulu k13. Penelitian harus dilakukan oleh lembaga yg kredibel.

Dananya utk evaluasi, kmd buat kurikulum yg sesuai dgn keadaan guru, siswa dan sekolah saat ini tanpa mengorbankan salah satu. Yg atas harus turun kebawah utk melihat kenyaataan yg ada shg kebijakan yg diambil tdk salah sasaran.

Masih ada pejabat di lingkungan kemdikbud kurang turun ke bawah dan hanya mendengarkan laporan bawahan. Kurang melakukan dialog dari hati ke hati dengan para guru yg berada di sekolah.

Terus terang kami merindukan pejabat kemdikbud yg mau berdialog dari hati ke hati dgn kami. Guru harus dipercaya informasinya sebab merekalah ujung tombang pendidikan di negeri ini

Kalau kita sebagai insan pendidikan sudah tidak percaya sama guru lalu kepada siapa lagi kita akan percaya?    ICT is Beatiful. TIK itu indah dan jangan rusak keindahan itu dengan kebijakan yang salah.  Tolong kami presiden Jokowi! Di mata guru TIK, bapak harapan kami saat ini.

         

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun