Kisah Sedih Guru TIK
Semenjak kurikulum 2013 diberlakukan banyak guru TIK menjadi korban. Ada yang di PHK dan ada yang terpaksa pindah ke dunia industri. Ada juga yang pindah ke jalur birokrasi dan bertahan menjadi guru prakarya. Mata pelajaran baru yang menggusur TIK dalam kurikulum 2013.
Sebagian guru pns pindah ke SMK dan bertahan di SMP dan SMA dengan menjadi guru bimbingan TIK sesuai permendikbud tentang peran guru TIK dalam kurikulum 2013 nomor 45 tahun 2015.
Inilah sebuah kisah nyata dari sebuah kebijakan yang memakan korban. Bukan hanya guru TIK tapi juga anak Indonesia. Mereka tak dapat kesempatan belajar TIK di era pembelajaran abad 21.
Wajar saja bila nilai ujian nasional siswa SMP menurun drastis. Sebab anak tak biasa menggunakan komputer dan internet. Keterampilan TIK mereka rendah karena belum menguasai TIK dengan baik. Hanya anak-anak yang terbiasa dengan komputer dan internet yang mendapatkan nilai tinggi.
Pemerintah bermaksud mengintegrasikan TIK ke semua mata pelajaran. Semua guru wajib menguasai TIK. Tapi sayangnya siswa tidak diwajibkan menguasai TIK. Guru banyak yang belum menguasai TIK sehingga materi TIK tak pernah sampai ke otak siswa. Terjadi kesenjangan antara siswa di kota dengan di desa.
Inilah anekdot yang terjadi di negeri ini. Bagaimana mungkin guru dan siswa menguasai TIK tanpa mempelajarinya? Kalau menggunakan saja mungkin bisa. Seperti anak balita yang bisa menggunakan ponsel orang tuanya.
Akibatnya bangsa ini tidak mengalami kemandirian di bidang TIK. Kita hanya menjadi bangsa pengguna produk TIK. Kita hanya menjadi konsumen dari produk-produk TIK yang diimport dari luar negeri. Kedaulatan TIK sebagai bangsa terancam dan banyak yang tidak menyadarinya.
Guru TIK harus bangkit dari kesedihan. Guru TIK harus mampu kreatif dan inovatif ketika regulasi tak bersahabat dengannya.
Beberapa orang guru TIK membentuk komunitas guru TIK. Komunitas ini kemudian bergabung bersama PGRI dengan nama Ikatan Guru TIK PGRI.
Sudah 37 kota mereka kunjungi dalam workshop elearning untuk rakyat bersama pak Onno W. Purbo pembina kami.