Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kapan Pak Jokowi Bisa Menerima Kami?

28 Mei 2018   15:18 Diperbarui: 28 Mei 2018   15:36 2509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tulisan ini saya buat karena sudah lama kami mengirimkan surat resmi untuk bertemu presiden Jokowi. Namun hingga saat ini belum juga ada jawaban tertulis. Padahal ada 33.818 guru TIK terdaftar di dapodik kemdikbud. Tentu mereka menunggu info terbaru di tahun ajaran baru.

Bapak presiden Jokowi yang kami hormati. Bisakah bapak meluangkan waktu sejenak untuk bertemu kami perwakilan guru TIK? Kami ingin sekali bertemu dengan bapak di istana negara. Kami ingin menyampaikan aspirasi kami sebagai guru TIK kepada presidennya. Konfirmasinya dapat mengirimkan sms atau telpon ke nomor saya di 08159155515.

Berikut ini tulisan salah seorang guru TIK yang ditujukan untuk bapak presiden Jokowi:

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Kepada Yth. Presiden RI

Mendengar himbauan Bapak supaya kami para guru (terutama Guru TIK) untuk ikut andil mendampingi anak-anak di negeri ini agar dapat menggunakan sosial media dengan baik, setelah mendapatkan ancaman dari seorang anak berusia 16 tahun.

Terkait dengan hal tersebut saya mohon dengan segala hormat agar Bapak berkenan untuk meninjau ulang peraturan yang mengatur pelaksanaan pendidikan di negeri ini yang sudah menghilangkan kesempatan anak-anak kita untuk belajar ICT (TIK) di sekolah.

Melihat pelaku adalah seorang anak di bawah umur, yang nampaknya bukan berasal dari keluarga miskin dan bukan dari keluarga yang berlatar pendidikan rendah. Hal seperti itu membuat saya beranggapan bahwa tingkat kemapanan atau tingkat pendidikan orang tua tidak menjamin perilaku anaknya akan memahami bagaimana beretika di sosial media.

Lalu bagaimana dengan mereka yang secara sosial ekonomi lebih rendah dibanding mereka? Semoga saja fenomena perilaku kurang beretika di sosial media ini bukanlah Fenomena Gunung Es.

Saya berdo'a semoga Fenomena tersebut tidak terjadi karena lebih banyak anak-anak kita dengan pemahaman terhadap ICT yang menurut beberapa pihak sudah dinilai sangat maju dan ICT bisa dipelajari secara otodidak sejak usia kanak-kanak ini sehingga tidak perlu lagi belajar ICT di sekolah karena ICT sudah menjadi Digital Native yang seringkali dibahas di beberapa forum untuk menolak Mengembalikan Mata Pelajaran TIK (ICT) ke dalam Kurikulum Pendidikan.

Seandainya Bapak ada waktu, sempatkanlah kunjungi kami di Sekolah. Kami tunggu blusukannya supaya Bapak mengetahui secara langsung masihkah ada Guru TIK di Sekolah yang mengajar Mata Pelajaran TIK/ICT? Kami tidak ingin hanya membimbing dan selebihnya membiarkan mereka belajar sendiri, tetapi kami ingin terus mendidik mereka secara berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun