Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru TIK di Era Literasi Digital

5 November 2017   22:09 Diperbarui: 6 November 2017   08:30 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maman Suherman, Ica, Glory

Banyak orang tua yang belum tahu kalau mata pelajaran TIK dihapuskan dalam struktur kurikulum 2013 dan diganti prakarya. Ketika saat saya bertanya kepada wartawan senior kompas, Maman Suherman penggiat literasi tentang tik, beliau kaget kalau mata pelajaran tik dihapus dalam kurikulum 2013.

Hal itu saya tanyakan saat diskusi peluncuran buku mbak ica di gramedia central park mall. Beliau baru tahu kalau mata pelajaran tik dihapus dalam kurikulum 2013 dan digantikan prakarya. Banyak hadirin yang tidak tahu kalau mata pelajaran TIK dihapuskan dalam kurikulum, dan mereka sangat menyayangkan sekali, karena sat ini era digital dan sudah selayakanya pelajaran TIK diberikan kepada siswa.

Beliau (Maman Suherman) menjelaskan seharusnya mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi atau disingkat TIK tidak boleh dihapus karena akan mendukung GERAKAN LITERASI DIGITAL yang dikampanyekan pemerintah dalam kampanye gerakan literasi nasional. Ada 6 literasi yang sekarang ini sedang dikembangkan, yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, Literasi sains, lietrasi finasisal, literasi digital, dan lietrasi budaya dan kewargaan. Selain itu, Kata Maman Suherman, wartawan senior Kompas itu, peringkat membaca Indonesia  berada pada posisi ke-61 dari 62 negara yang disurvei. Itu dikatakannya  pada peluncuran buku Endless Heppyness, karya anak Karimun, Ica siang  tadi jam 14 wib hari Sabtu di Central Park Gramedia Jakarta. Begitu masih rendahnya minat baca  bangsa kita, Indonesia. Kapankah kita akan menjadi pembaca terbaik?  Tepuk dada tanya selera

Guru TIK saat ini masih terus berjuang agar mata pelajarannya dikembalikan ke dalam struktur kurikulum 2013. Namun pemerintah dalam hal ini kemdikbud tetap ngotot tidak memasukkan TIK ke dalam struktur kurikulum 2013 yang direvisi. Kemdikbud masih memaksakan kehendaknya dan tetap emmasukan prakarya ke dalam kurikulum meskipun belum banyak gurunya dan banyak gurunya tidak linier dengan ijazahnya.

Guru TIK harus berani berjuang mengembalikan tik sebagai mata pelajaran. Era milenial dan global sangat membutuhkan literasi digital dan peran guru TIK sangat nyata di sana. Tidak bisa kita titipkan kepada mata pelajaran lainnya. Terbukti, dari hasil roadshow kami di 32 kota bahwa masih banyak guru mata pelajaran belum siap mengintegrasikan TIK ke dalam mata pelajarannya. Jadi adalah omong besar kalau TIK sudah terintegrasi ke semua mata pelajaran. TIK masih dipahami sebagai alat bantu dan bukan sebagai ilmu yang terus berkembang.

Guru TIK di era digital saat ini seperti guru yang tidak punya nyali dalam memperjuangkan haknya yang hilang. Padahal hasil jajak pendapat menunjukan bahwa mayoritas guru tik menginginkam mata pelajaran dan bukan bimbingan TIK. Kami dipaksa untuk melakukan bimbingan TIK yang sangat bertentang dengan UU Guru dan dosen tahun 2005.

Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy  (1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan  menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang  sangat luas yang diakses melalui piranti komputer.Bawden (2001)  menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada  literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang  pada dekade 1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan,  tidak saja di lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat. Namun,  literasi informasi baru menyebar luas pada dekade 1990-an manakala  informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui  teknologi informasi berjejaring. Dengan demikian, mengacu pada pendapat  Bawden, literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan  teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun