Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Organisasi Profesi Guru Masih Dipimpin oleh Mereka yang Bukan Guru?

1 September 2015   12:58 Diperbarui: 1 September 2015   13:39 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada sebuah pertanyaan menggelitik di hati saya. Mengapa organisasi profesi guru masih dipimpin oleh mereka yang bukan guru? Bukankah guru sekarang sudah berjumlah lebih dari 3 juta orang guru?

Hal itu kemudian terjawab karena rata rata guru kita sudah sibuk dengan dirinya. Mereka pikir sudah ada organisasi profesi guru yang mengurusi mereka. Jadi buat apa susah susah lagi bikin organisasi sendiri. Organisasi profesi guru cukuplah satu.

Saya bayangkan! Bila organisasi profesi dokter tidak dipimpin sendiri oleh dokter. Ikatan dokter indonesia (IDI) dipimpin oleh mereka yang bukan dokter. Orang banyak pasti akan berkata, "apa kata dunia?"

Tapi ini tidak berlaku bagi organisasi profesi guru. Organisasi profesi guru sebaiknya memang tidak dipimpin sendiri oleh guru. Bilarlah guru sibuk sendiri di kelasnya. Tak perlu susah payah mendirikan organisasi profesi guru. Urus saja dirimu dan jadilah guru yang biasa biasa saja. Begitulah kira kira para tetua yang inginkan guru adem adem saja.

Terkadang saya suka senyum senyum sendiri. Mereka yang jadi dosen kepengin dipanggil menjadi guru. Padahal sudah jelas perbedaannya dalam undang undang guru dan dosen. Guru mengajar di di sekolah dan dosen mengajar di perguruan tinggi. Guru mengajar 24 jam, dan dosen mengajar 12 jam dengan tri darma perguruan tinggi berada di dalamnya.

Seandainya para guru sudah mulai menyadari bahwa organisasi guru itu penting. Pasti akan semakin ramai gegap gempita dunia pendidikan kita. Mereka yang berprofesi guru akan bersuara lantang. Bukan karena mereka masih menjadi guru honor dan berharap jadi guru PNS, tapi karena memang guru itu adalah sebuah profesi yang berani bersuara lantang dalam kebenaran dan berani menerima tantangan.

Jadi mengapa organisasi profesi guru masih belum dipimpin oleh mereka yang berprofesi guru? jawabnya ada pada guru guru kita. mampukah guru guru hebat indonesia membentuk sendiri organisasinya? Kemandirian dan kemerdekaan guru menjadi tantangan untuk mengelola sendiri organisasi profesi guru.

Semoga terbentuk dan terdaftar secara hukum organisasi profesi guru yang dipimpin sendiri oleh guru. Tak perlu sampai 3 juta. Cukup 100 orang saja. Bila mereka mau menyisihkan dananya untuk mendaftarkan ke akte notaris, pastilah dengan mudah terbentuk ikatan profesi guru Indonesia. Tinggal masalahnya, kepemimpinan segera diuji. Siapa yang memimpin akan mendapatkan kesempatan untuk membesarkannya. Bisakah ini terwujud?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun