Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Guru Melek Internet. So What Gitu Loh!

8 Mei 2011   12:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:57 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="http://wijayalabs.blogdetik.com/files/2011/05/img_0317.jpg"][/caption]

Ketika banyak guru melek internet ada perasaan bangga di dalam hati. Setidaknya sudah semakin banyak guru yang akan menjadi pemandu. Pemandu bagi para peserta didiknya. Setidaknya, guru dapat memperhatikan peserta didiknya yang sedang online, dan mengarahkannya ke arah yang positif.

Namun dibalik kebanggaan ada tersembul pula kecemasan. Sebab internet itu seperti pisau bermata dua. Kita pun akan masuk dalam hutan belantara dunia maya yang selalu dinamis dan tak pernah tidur. Online 24 jam melayani manusia di seluruh dunia. Masalahnya, tak semua informasi itu baik dibaca oleh guru dan peserta didik.

Ketika guru melek internet segera bergabunglah dengan berbagai milis yang menyehatkan. Budaya baca harus digiatkan agar guru banyak tahu perkembangan yang terjadi saat ini. Tak mungkin guru hanya mengajar dengan materi yang itu-itu saja. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang itu-itu pula. Tanpa jobsheet dan handout yang dibuat guru itu sendiri. Bila guru mampu membuat sendiri, silabus yang dibuatpun menjadi menarik dan dinamis.

Ketika guru melek internet dia harus berubah dari pencari informasi menjadi pencipta informasi. Guru harus jadi produsen bagi peserta didiknya. Guru harus mampu membuat konten-konten edukasi dan memerangi plagiasi. Semua itu terjadi bila guru mempunyai kemampuan menulis.

Komputer dan internet itu hanya alat. Guru tak boleh bergantung penuh dengan alat itu. Justru guru harus mampu memberdayakan komputer dan internet menjadi kawan yang mampu membuat dirinya menjadi guru yang profesional dan luar biasa. Dia harus menjadi fasilitator dan motivator bagi peserta didiknya untuk mempergunakan internet secara sehat. Internet pun dapat dijadikan sarana mencari penghasilan tambahan bila para guru dibekali ilmu edupreneurship.

Saya teringat kembali dengan seorang guru di Sragen, Solo Jawa Tengah. Johan Wahyudi namanya. Beliau adalah guru bahasa Indonesia yang luar biasa. Kami pernah sekamar ketika menjadi pemenang lomba naskah buku pengayaan pusat perbukuan. Kami sama-sama menjadi juara pertama bidang keterampilan. Beliau di tingkat SMA, dan saya di tingkat SMP.

Kami pernah sekamar di hotel Anggrek Jakarta selama 3 hari. Waktu itu beliau memperhatikan saya yang sibuk mempublikasikan kegiatan kami di internet. Saya selalu membawa modem mobile dan laptop agar saya dapat selalu online dalam dunia maya. Dengan begitu apapun yang saya kerjakan dapat diketahui publik melalui facebook dan twitter. Saya pun menulis di blog pribadi yang saya miliki.

Rupanya apa yang saya lakukan menarik perhatiannya. Beliau tertarik untuk menulis di blog. Kini tulisannya seperti air yang mengalir deras di blog kompasiana. Dalam sehari bisa 3 sampai 4 artikel tercipta begitu saja. Beliaupun kini menjadi nara sumber di mana-mana. Kemampuan menulisnya sungguh luar biasa. saya salut dengan sahabat saya ini.

"Guru bahasa Indonesia itu harus bisa menulis. Sebab dia harus mengajarkan menulis kepada anak didiknya." Begitulah suatu ketika beliau bicara dengan gagahnya. Kami bertemu kembali di Jakarta ketika beliau terpilih kembali menjadi finalis pusbuk 2010. Beliaupun sempat menginap di Wisma UNJ, dekat sekolah kami.

Ketika guru melek internet, para guru harus dibekali ilmu creative writing. Menulis kreatif harus dilatihkan agar para guru menjadi produsen informasi. Guru tak melulu menerima informasi yang belum tentu benar. Sebab banyak orang iseng di internet. Guru harus selektif menerima informasi.

Pola pikir guru pelan-pelan harus beralih dari pengunduh informasi menjadi pengunggah informasi. Guru upload harus lebih banyak dari guru download. Teman-teman guru harus berlatih dan terus berlatih untuk menciptakan informasi.

Hal itu bisa terjadi dan berwujud nyata manakala teman-teman guru menyadari bahwa anak-anak kita sangat haus akan informasi. Mereka lapar membaca, dan guru harus menyiapkan konten edukasi lebih banyak lagi agar mereka tak lapar informasi yang diberikan oleh gurunya.

Sebagai kaum muhajirin di dunia digital, para guru harus belajar dengan kaum anshor yang memang sudah melek digital dari lahir. Digital native harus dipandu oleh immigrant native agar mereka tahu pemanfaatan internet secara positif. Mereka harus diarahkan bahwa internet itu seperti perpustakaan yang selalu buka 24 jam. Peserta didik harus diarahkan rajin membaca, dan bukan asyik bermain games berjam-jam yang terkadang menyita waktu belajarnya.

Jangan biarkan dampak negatif internet menyerang halus anak didik kita. Sebab internet itu mengasyikan. Internet itu menyehatkan, tetapi juga bisa menyakitkan. Ketika guru melek internet dia harus mampu menjadi pemandu dan bukan pemakai internet statis tanpa kreativitas dan imajinasi. Guru harus kreatif, dan melakukan inovasi pembelajaran agar materi yang disampaikan masuk ke otak siswa dengan lancar.

Guru harus seperti bendera merah putih yang gagah perkasa ketika dikibarkan saat upacara. Semua orang berhormat kepadanya. Seperti itulah seharusnya guru kreatif yang memanfaatkan internet secara sehat. Mampu menjadi teladan bagi peserta didiknya.

Ketika guru melek internet harus ada keadilan waktu kapan di dunia maya, di dunia nyata, dan dunia mimpi. Dengan begitu guru pun bisa menjadi makhluk sosial yang disegani. Menjadi tokoh masyarakat yang dirindukan, dan menjadi tempat bertanya ketika ada persoalan masyarakat yang mengganjal.

Akhirnya ketika guru melek internet, so what gitu loh! Bagaimana menurut anda?

Salam blogger persahabatan Omjay http://wijayalabs.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun