Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Dian Sastro Ikut #MelawanAsap

17 Oktober 2015   12:36 Diperbarui: 17 Oktober 2015   17:42 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DIAN SATROWARDOYO, selebriti papan atas Indonesia yang membuat iri banyak perempuan dan patah hati banyak pria. Apa yang seorang Dian tidak miliki? cantik, kaya, cerdas, populer, bersuamikan kalangan "atas" dan kini banyak berkecimpung dalam dunia sosial dan pendidikan. Meski secara detail agak susah melacak ativitas perempuan inspiratif dan multitalenta ini, aku cukup kagum ketika ambisinya untuk menjadi ibu berpendidikan tinggi membuat Dian mampu menyelesaikan studi Masternya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam dalam keadaam hamil anak kedua. Wow! seisi Indonesia pastilah heran buat apa lah perempuan yang sudah bersuamikan lelaki kaya ini harus susah payah sekolah lagi, toh dia sudah punya segalanya. Belakangan Dian bahkan punya Dian Sastrowardoyo Foundation dimana ia memberikan beasiswa kepada siswa dan mahasiswa berprestasi namun tidak mampu untuk terus sekolah. Katanya, dananya berasal dari penghasilan pribadinya. Juga sebagai seseorang dibalik layar www.ruangruru.com, wadah para pengajar privat yang dikoordinir secara online. Sungguh mengagumkan! 

Teranyar, perempuan yang nampaknya sedang fokus memperindah tubuhnya dengan olahraga ini membuat kampanye penggalangan dana publik untuk gerakan #melawanasap di situs www.kitabisa.com yang belum seminggu sudah mampu mengumpulkan angka lebih dari Rp. 12 juta dari target dana Rp. 10 juta. Para donatur menyumbang mulai dari Rp. 50.000 sampai Rp. 2 juta dan bisa jadi mereka adalah para tetangga atau penggemar Dian Sastro. Nah, dana itu katanya akan disalurkan ke lokasi yang membutuhkan bantuan melalui organisasi ACT for Humanity. Oh, rupanya Dian bekerjasama dengan ACT toh. Keren dong ya, sebab kalau mau Dian bisa nyumbang dari kantong pribadinya lebih besar dari angka itu. Tapi mungkin, jika artis semacam Dian Sastro yang mengajak masyarakat patungan #melawanasap maka banyak yang akan berdonasi wabil khusus para penggemar sang seleb dibanding masyarakat biasa sepertiku yang mengajak. Kita lihat saja, sepuluh hari kedepan berapa jumlah yang mampu dikumpulkan Dian melalui kampanye ini. Mudah-mudahan semakin hari semakin besar jumlahnya.

Nah, kampanye penggalangan dana #melawanasap di www.kitabisa.com sendiri hingga saat ini mencapai 31 kampanye live dan 3 kampanye yang selesai. Kampanye-kampanye tersebut telah berhasil mengumpulkan dana publik lebih dari Rp. 150 juta. Menggunakan tagline #melawanasap tim www.kitabisa.com telah mampu menggaet perhatian publik untuk turut berkontribusi #melawanasap yang memang terparah sejak 18 tahun baik di Sumatera maupun Kalimantan. Nah, kampanye ini selain dibuat oleh publik figur seperti Dian Satro dan Indra Bekti, juga oleh beberapa organisasi dan komunitas seperti PKPU, Institut Ibu Professional, Sukarelawan Indonesia Untuk Anak Korban Asap, dan lain-lain. Semoga kampanye mereka sukses dan bantuan sampai ke sasaran tanpa sedikit pun ada penyelewengan ya. Apalagi tim kitabisa.com yang merupakan sekumpulan anak muda rajin mengkampanyekan gerakan ini di akun media sosial mereka baik Facebook, Twitter maupun Instagram.

Dalam #melawanasap selain kampanye penggalangan dana untuk membeli masker, obat-obatan dan sebagainya untuk diperbantukan ke lokasi bencana. Banyak pihak melakukan kampanye dalam bentuk lain seperti membuat kartun-kartun kreatif bertema #melawanasap yang tersebar luas dan sangat cepat di media sosial sebagai sindiran. Belum lagi photo-photo bertema #melawan asap atau gambar-gambar menyedihkan di lapangan yang dibuat oleh organisasi-organisasi lingkungan sampai pribadi yang jelas berfungsi sebagai penekan bagi pemerintah daerah dan pusat untuk bertindak cepat menyelesaikan masalah baik melakukan pemadaman api, menghukum perusahaan pelaku pembakaran lahan sampai memberi terapi psikologis dan pengobatan jutaan masyarakat di beberapa provinsi yang jadi korban asap ini.

Dalam upaya menekan pemerintah agar sigap melakukan penanggulangan bencana mematikan ini, beberapa media seperti Republika bahkan secara politis mencetak beberapa edisi khusus 'koran berasap' sebagai tanda bahwa bencana asap di Sumatera dan Kalimantan memang sangat parah sampai-sampai se-Indonesia susah baca koran. Lalu yang terbaru muncul aplikasi untuk membuat gambar profil di Facebook berasap. Kmeudian menyusul aksi lapangan menuntut dikembalikannya langit Riau menjadi biru, dimana gelombang manusia menuntut negara menghukum perusahaan pembakar lahan yang selama 18 tahun dituding dimanja negara dalam merusak lahan gambut Riau dan menyebabkan bencana sedahsyat sekarang.


Berdasarkan data dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) ternyata penyebab bencana ini adalah perusahaan pemegang konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Perkebunan Sawit (HGU). Secara nasional baik di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat terhidung ada 5.669 titik api di lokasi HTI dan 9.168 titik api di HGU perkebunan sawit. Beuh! ternyata sumber masalahnya disana, di lahan konsesi perusahaan-perusahaan dan anak perusahaan Sinar Mas, Wilmar, RGM, Sampoerna, PTPN, Simederby, Cargil, First Resources, Provident dan Marubeni. WALHI akan mengajukan gugatan perdata pada 20 perusahaan dengan dua perusahaan sebagai tersangka, WALHI bahkan akan melaporkan kasus ini ke PBB. Bencana ini sungguh mengerikan! sampai-sampai Singapura dan Malaysia kabarrnya mau menuntut pemernitah Indonesia yang dianggap lalai sehingga kebakaran hutan dan lahan bisa terjadi.

Kita perlu gambar ril di lapangan untuk memberikan mata kita pemandangan menyakitkan bencana ini. Gambar dibawah ini saja sudah sangat mengerikan, dimana jumlah hot spot atau titik api di seluruh wilayah Indonesia sangat parah khususnya pada musim kemarau. Kalimantan dan Sumatera terlihat memiliki titip api terbanyak smapai-sampai terlihat seperti neraka begitu. Jelaslah jika berbagai organisasi lingkungan dan masyarakat marah atas ulah perusahaan penyebab kebakaran hutan dan lahan! secara negara dan masyarakat yang harus menanggung akibatnya, sampai memadamkan api yang tertanam jauh kedalam cadangan gambut didalam bumi.

Lalu apa yang bisa publik lakukan untuk membantu #melawanasap? pertama, jelas kita bisa membagi rezeki kita untuk berdonasi melalui berbagai project kemanusiaan yang dibuka lebar-lebar oleh banyak pihak selain Dian Sastro melalui www.kitabisa.com dan lembaga-lembaga lain seperti Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, ACT for Humanity, PKPU, DPU DT dan sebagainya. Kedua, kita bisa memenuhi dunia maya dengan meramaikan trending #melawanasap dan #revolusilangitbiru agar kampanye ini tersebar ke seluruh penjuru Indonesia dan dunia melalui berbagai status, tulisam, tweet, gambar hingga video. Yakinlah, bahwa keriuhan di media sosial bisa membuat istana negara kebanjiran kritik pedas agar secepatnya melakukan penanggulangan bencana. Ketiga, boikot atau kurangi penggunaan produk-produk dari perusahaan-perusahaan yang disebut sebagai pelaku pembakaran lahan dan hutan. 

Aksi ketiga ini tentu saja ekstrem dan sangat berani sebab sangat berkaitan erat dengan kebutuhan sehari-hati mulai dari minyak goreng, tisu, sabun, deterjen, sampo, pasta gigi, margarin, kosmetik, cokelat, selai cokelat dan sebagainya. Nah, keberanian kolektif masyarakat inilah yang bisa menjadi 'alat penghukum' perusahaan-perusahaan pembakar hutan dan lahan. Jadi, mari tengok rumah kita adakah kita masih bermanja dengan produk dari perusahaan-perusahaan tersebut? 

Keempat, memohon ampun pada Sang Pencipta. Sebagai bangsa yang mengaku berkeTuhanan yang Maha Esa, seluruh komponen bangsa jelas harus minta ampun pada Tuhan karena telah lalai mengurus alam Indonesia yang indah ini sampai-sampai terbakar sedemikain dahsyatnya. Kita minta ampun dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar langit menurunkan hujan dengan lebat lalu api segerap padam dan asap terangkat ke langit. Mari berjuang bersama-sama agar langit Sumatera dan Kalimantan kembali biru.

Depok, 17 Oktober 2015

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun