Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melawan Patriarki Bukan Memerangi Lelaki, Lalu Apa?

28 September 2020   06:00 Diperbarui: 28 September 2020   06:33 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
llustrasi oleh Askhita Monga dari arre.co.in

Melawan patriarki bukan melawan lelaki. Bukan juga melawan kodrat penciptaan. Coba perhatikan bayi yang baru lahir, apakah tertulis di keningnya bahwa dia harus menjadi apa dan melakukan apa hanya karena si bayi itu lelaki atau perempuan?

Dalam kitab suci agama pun tidak dijelaskan bahwa perempuan harus 'menghamba' kepada lelaki tanpa bertanya, berdebat, berdiskusi, dan bekerjasama. Bahkan dalam agama Islam, Allah sang Pencipta menyebutkan bahwa perempuan dan lelaki memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai ciptaanNya, baik dalam beribadah maupun berkehidupan sosial.

Perempuan dan lelaki yang mengerjakan amal saleh sama-sama berhak masuk surga, dan sebaliknya yang mengerjakan kejahatan dan larangan sama-sama diancam masuk neraka. Jika misal kita percaya rambut perempuan bisa menyeret lelaki ke neraka, lantas mengapa Allah menciptakan rambut di kepala? Kita berhak bertanya, mengapa surga dan nerakanya lelaki bahkan ditentukan oleh tutur kata, cara berpakaian, dan perbuatan seorang perempuan.

Patriarki telah berlangsung berabad-abad dna itu kreasi manusia, yang tentu saja paling dinikmati oleh lelaki. Dalam patriarki, para raja dan kaisar bisa punya satu hingga puluhan ribu istri, sementara perempuan hanya boleh punya satu suami.

Dalam patriarki juga, para raja berhak meniduri perempuan manapun yang dia inginkan, sebab menurutnya raja adalah gelar pemberian Tuhan; sementara perempuan dilarang berhubungan seksual kecuali dengan suaminya seorang seumur hidupnya. Dalam patriarki, lelaki boleh memiliki kekayaan sebanyak apapun yang dia inginkan, sementara perempuan hanya boleh memiliki harta pemberian lelaki.

Dalam patriarki, lelaki boleh bepergian kemanapun di dunia ini dan mengerjakan apapun yang dia inginkan; sementara perempuan selalu dibatasi dengan alasan keselamatan. Dalam patriarki, lelaki boleh melakukan apapun, perempuan tidak. Dalam banyak masyarakat, nilai-nilai patriarki ada dalam adat istiadat.

Melawan patriarki adalah tentang kembali kepada hakikat penciptaan manusia. Ya, sepasang manusia yang bekerja sama untuk tumbuh dan berkembang, beranak-pinak, mengelola harta benda dan segala yang ada dalam jangkauan keduanya untuk dinikmati bersama.

Melawan patriarki adalah menerima perintah Tuhan tentang kesamaan kedudukan derajat lelaki dan perempuan di hadapanNya. Jika di hadapanNya saja kedudukan lelaki dan perempuan adalah setara, lantas mengapa dalam kehidupan sosial kita memposisikan lelaki lebih tinggi dan perempuan lebih rendah? Mari berpikir dan bertanya.

Melawan patriarki bukan melawan lelaki. Justru patriarki sendiri merupakan sistem yang memaksa lelaki untuk menjadi sempurna dan ideal sebagaimana gambaran para raja yang memiliki segalanya. Ayo kita lihat, apakah lelaki-lelaki di sekitar kita semuanya memiliki kualitas seorang raja mulai dari perawakan, kecerdasan, kekayaan, hingga kekuasaan?

Patriarki juga kejam terhadap lelaki. Dalam patriarki, lelaki dituntut kaya raya, bertubuh kekar, memiliki segalanya sebagai bukti bahwa dia pejantan tangguh di mata kaum lelaki dan perempuan. Lalu, bagaimana dengan lelaki mandul yang tak bisa memiliki keturunan? Bagaimana dengan lelaki dengan disabilitas? Bagaimana dengan lelaki yang sekeras dan secerdas apapun dia bekerja tidak pernah kaya raya?

Bagaimana dengan lelaki yang tidak memiliki kehendak melakukan hubungan seksual? Bagaimana dengan lelaki yang memilih hidup selibat dan mengabdikan dirinya untuk Tuhan? Bagaimana dengan lelaki yang kecerdasannya ada dibawah kecerdasan perempuan? Bagaimana dengan lelaki yang segala hal dalam dirinya ada di bawah perempuan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun