Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagi Hartono Lokodjoyo, Bertani Itu Pekerjaan Paling Nikmat dan Menguntungkan

16 Juli 2019   04:07 Diperbarui: 16 Juli 2019   19:17 2334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hartono Lokodjoyo saat menanam bibit lettuce. Dokumentasi Pribadi

Ah, rasanya begitu menyenangkan mendapatkan kesempatan menikmati langsung aneka pangan sehat dan bergizi di Hars Garden.

Sepuluh hari pembelajaranku di Hars Garden berlalu. Saat aku membuka mata di hari ke 11 di Ubud, Mas Har dan Istrinya dalam perjalanan ke bandara. Mereka berdua akan jalan-jalan keliling sejumlah negara di Asia untuk merayakan ulang tahun Mas Har ke 39 tahun. 

Rencananya, mereka akan jalan-jalan selama sebulan lamanya layaknya pasangan pengantin baru yang berbulan madu. 

Gila! Petani dengan lahan sewaan kurang dari 1 ha bisa jalan-jalan keliling Asia selama sebulan hanya untuk merayakan ulang tahun? Kok bisa sih?

Titik Balik Kehidupan Hartono
Jadi, Mas Har ini lahir dari keluarga amat miskin di Sragen, Jawa Tengah. Selain itu ayahnya meninggal dunia selagi ia masih bocah kecil. Meski sang Ibu menikah lagi, namun suami sang Ibu ternyata bukan tipe lelaki pekerja keras sehingga kehadiran kepala keluarga baru tidak memberi pengaruh signifikan pada kondisi ekonomi. 

Keadaan ekonomi yang sangat lemah itulah yang juga membuat Mas Har hanya bisa lulus SMP. Saat teman-teman sekolahnya melanjutkan ke SMU kemudian kuliah, Mas Har kerja serabutan dan membantu keluarganya bekerja di lahan pertanian mereka yang kecil. 

Hidup Mas Har muda sangat keras. Ia pun menjajal berbagai profesi demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ia pernah bekerja sebagai penyanyi campursari kelas kampung yang mengisi panggung-panggung pesta pernikahan; menjadi pekerja di sebuah pabrik tahu di kawasan Palmerah, Jakarta; menjadi pengamen; menjadi perambah hutan di pedalaman kalimantan sampai hampir mati karena terserang malaria; menjadi buruh di perkebunan sawit hingga naik kelas menjadi kerani dan mulai belajar untuk korupsi; hingga bersentuhan dengan dunia narkoba. 

Suatu waktu, saat ia telah kembali lagi ke Sragen ia mendapat sebuah tawaran menggiurkan dari seseorang di Bali. Ada sebuah pekerjaan di mana ia dan kawan-kawannya hanya perlu menggembala 50 ekor sapi di lahan yang luas dengan sistem bagi hasil. Dalam kalkulasi Mas Har, hidupnya akan berubah dan ia akan kaya raya dalam dua tahun. Sayangnya, semua khayalannya tidak menjadi kenyataan. 

Kemudian ia bekerja di sebuah kafe sebagai gardener dengan gaji Rp. 1,5 juta per bulan. Sebagai bujangan yang hidupnya tidak tertata, gaji bulanannya selalu habis tanpa sisa. Dari gaji tersebut hanya Rp. 500ribu yang dia alokasikan sebagai biaya hidup dan Rp. 1 juta ia habiskan hanya untuk rokok. 

Di titik inilah dia mendapatkan kesadaran baru tentang hidupnya dan masa depannya. 

Saat itu usianya 29 tahun dan ia membuat perubahan besar-besaran dalam hidupnya (sebut saja revolusi). Ia berhenti total merokok sehingga bisa menabung Rp. 1 juta per bulan. Ia membuka tabungan pertamanya di sebuah Bank dan setelah 5 bulan menabung ia mendapatkan modal untuk menyewa lahan dan memulai usaha mandirinya sebagai petani organik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun