Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "Bumi Manusia" dan "Perburuan" adalah tentang Merayakan Pemikiran Pramoedya Ananta Toer

5 Juli 2019   15:35 Diperbarui: 7 Juli 2019   07:54 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan dalam film/picsoci.com

"Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan," (Pramoedya Ananta Toer, dalam "Bumi Manusia")

4 Juli 2019 trailer film "Bumi Manusia" karya sutradara Hanung Bramantyo dan "Perburuan" yang disutradarai oleh Richard Oh sama-sama resmi diluncurkan ke publik. Kabarnya, kedua film yang diadaptasi dari karya mendiang Pramoedya Ananta Toer tersebut akan tayang di bioskop pada 15 Agustus mendatang. Tepatnya, 2 hari menjelang perayaan HUT RI ke 74 tahun. 

Karya-karya Pram bukan karya sembarangan. Melainkan karya adilihung dalam ranah sastra di tanah air, yang mendapatkan tempat di dunia internasional. Terlebih, proses penulisan dilakukan manakala Pram menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam penjara. 

Karya-karyanya juga sarat makna, dan sangat tajam mengkritik berbagai masalah sosial dalam masyarakat Indonesia. Buku-bukunya pernah dilarang oleh rezim Orde Baru sehingga orang harus sembunyi-sembunyi dalam membacanya, seakan-akan membaca buku sama berdosa dengan mencuri. 

Oleh karena itu, ketika sutradara Hanung Bramantyo mengumumkan akan membuat film "Bumi Manusia" banyak pembaca Pram yang marah-marah, karena Hanung sudah lama dikenal sebagai sutradara yang merusak sejarah seorang tokoh demi karya picisan. 

Oke, itu pendapat sebagian orang. Karena memang, akan sangat sedih jika film Bumi Manusia digarap sembarangan sehingga tidak sesuai dengan pesan dalam buku, melainkan hanya soal cinta-cintaan tokoh Minke dan Annelies. 

Namun, sebagian pihak menganggap bahwa terlepas dari cara Hanung mengemas film "Bumi Manusia" kita tetap harus berbangga bahwa di masa sekarang karya Pram bebas dibaca siapa saja, bahkan bebas untuk diadaptasi ke layar kaca. Sudah saatnya generasi sekarang menikmati kebebasan membaca buku atau menikmati film kritis karya anak bangsa. 

Juga untuk menunjukkan pada dunia bahwa kondisi politik Indonesia sudah jauh lebih baik sejak Reformasi pecah pada 1998 yang akhirnya menggulingkan  Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun sejak 1966-1998. 

Berbeda dengan "Bumi Manusia", film "Perburuan" yang juga diadaptasi dari karya Pram tidak mendapat banyak cibiran dan keraguan sebelum proses syuting dilakukan. Tahun lalu, keheboan soal rencana pembuatan film "Bumi Manusia" sempat membuat Prof. Ariel Haryanto turun tangan dengan meramaikan jagat Twitter. 

Ah, pokoknya ramai sekali berbagai cibiran, keraguan, kritik hingga sumpah serapah yang ditujukan pada Hanung Bramantyo hingga aktor muda Iqbaal Ramadhan yang dianggap nggak cocok memerankan tokoh Minke, kesayangan semua pembaca fanatik Pram.

"Perburuan" adalah kisah yang sama sekali berbeda dengan "Bumi Manusia" sehingga ekspektasi pembaca terhadap kedua film juga agak berbeda. "Perburuan" adalah tentang melawan Jepang hingga penjajah itu angkat kaki dari Jawa setelah dikalahkan Sekutu. 

Musuh yang dilawan adalah si Saudara Tua Asia yang tentaranya banyak sekali menyiksa jajahannya dengan perilaku tidak manusiawi seperti pemerkosaan kepada para perempuan.

Salah satu adegan dalam film/hot.liputan6.com
Salah satu adegan dalam film/hot.liputan6.com
Pram memiliki pembaca fanatik yang sangat idealis dalam menerjemahkan pemikiran Pram, sehingga salah tafsir atas karya Pram apalagi melalui media film akan membuat sutradara, pemain, produser hingga kru menjadi bulan-bulanan kemarahan. 

Kemarin Aku sudah menyaksikan trailer film "Bumi Manusia" dan "Perburuan" melalui Youtube. Lumayan deg-degan juga sih khawatir jika nanti filmya nggak seapik trailernya. Terlebih film "Bumi Manusia" berdurasi selama 3 jam, yang diakui sang sutradara bahwa sangat sulit menerjemahkan karya sebanyak 500 halaman pada film 

Sebagaimana para pembaca Pram yang lain, ekspekatasiku sangat tinggi pada film ini. Bumi Manusia adalah kisah yang sangat pelik, sekaligus dalam mengenai seorang lelaki muda yang melihat bangsanya dari sudut pandang berbeda. Meleset sedikit saja, baik Hanung Bramantyo sebagai sutradara, atau Iqbaal sebagai Minke dan Mawar sebagai Annelies akan jadi bulan-bulanan para pembaca Pram. 

"Bumi Mnausia" sama sekali bukan soal cinta-cintaan anak muda, meski kisah antara Annelies dan Minke mengambil porsi 2/3 cerita. Ia adalah tentang identitas kebangsaan, cara pandang pada perempuan, tentang aset dan kepemilikan, kekuasaan lelaki diatas perempuan hingga soal kehendak seorang manusia membebaskan dirinya dari nilai-nilai sosial yang dianggap membelenggu pikiran. 

Memang, kekhawatiran para pembaca Pram adalah jika Hanung Bramantyo menitikberatkan urusan cinta tokoh Minke dan Annelies alih-alih inti perjuangan seorang muda dalam memajukan bangsanya yang jauh tertinggal dari orang Eropa. Hm, semoga saja enggak ya. Semoga film ini benar-benar sesuai ekspektasi. 

Dalam rangka memikat hati generasi millenial, memang kisah cinta Annelies dan Minke menarik untuk dijadikan porsi terbesar dalam film. Terlebih dalam soal menarik minat mereka untuk membaca karya-karya Pram. 

Agar generasi muda Indonesia melek literasi dan mau membaca karya-karya adiluhung anak bangsa, alih-alih menghabiskan waktu untuk hal tidak berguna seperti tawuran, terjerumus pada pergaulan bebas, menggunakan narkoba hingga bikin geng yang mengganggu kenyamanan hidup bermasyarakat. 

Namun demikian, "Bumi Manusia" lebih dari sekadar kisah antara dua manusia muda tersebut. "Bumi Manusia" adalah buku pertama dari tetralogi Pulau Buru, yang menjadi kunci pembuka pada perjuangan-perjuangan Minke dalam menyuarakan perlawanan baik kepada penjajahan Eropa maupun ketimpangan sosial masyarakat Nusantara kala itu, khususnya di Jawa. 

Sementara pada "Perburuan" nampaknya eskpektasinya lumayan tidak terlampau tinggi, sehingga para pembaca Pram tidak terlalu meributkankannya. Beberapa review cenderung menyatakan bahwa terdapat kepuasan tertentu pada film ini, termasuk aktor yang dipilih memainkan peran 'Hardo' si tokoh yang diburu. 

BACA JUGA: Teruntuk Iqbaal, Jangan Kau Hinakan Minke "Bumi Manusia" dengan Peran Picisan

Oke, soal ekspektasi, kita semua deg-degan dan penasaran akan kualitas kedua film. Namun, tim "Bumi Manusia" dan "Perburuan" telah berusaha melakukan yang terbaik untuk menerjemahkan karya sastra Pram ke dalam bentuk film. Semua pihak berusaha menjalankan perannya dalam merayakan karya-karya Pram agar selalu dinikmati dunia. 

Kini, saatnya kita sebagai pembaca dan penonton merayakan karya-karya Pram dalam bentuk yang berbeda, sebagai  penghormatan kepada perjuangan beliau dalam khazanah sastra tanah air, dan dalam mencintai Indonesia. 

Semoga Pram tersenyum dari kuburnya. 

Depok, 5 Juli 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun