Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apakah Artis Dangdut Boleh Dilecehkan secara Seksual?

11 Juni 2018   22:20 Diperbarui: 12 Juni 2018   20:25 3141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com/Andy Mutia Keteng

Namun, hal yang paling menarik perhatian saya selain keberanian Via Vallen dalam menyuarakan kehormatannya adalah respon netizen,  khususnya yang menganggap bahwa sebagai warga negara Indonesia Via  Vallen dianggap berpikiran tradisional dalam menanggapi godaan cowok berkebangsaan asing. 

Padahal, sejatinya, masalah pelecehan seksual di negara manapun aturannya sama saja, pelecehan ya pelecehan. Tidak ada ampunan hanya karena pelakunya orang asing berambut pirang atau  berhidung mancung. 

Dalam  masyarakat Indonesia yang menganggap budayanya lebih sopan dibandingkan  budaya bangsa-bangsa lain, persoalan seks dan seksualitas memang dianggap hal tabu untuk diperbincangkan di ranah publik. Dosa, itu  alasannya.

Padahal sikap ini kontras dengan kasus-kasus pelecehan hingga  kejahatan seksual yang lumayan tinggi. 

Masih ingat kasus pemerkosaan  YY, gadis 14 tahun yang diperkosa belasan temannya sendiri atau gadis  buruh yang diperkosa beberapa lelaki kemudian alat kelaminnya dimasukkan gagang pacul hingga menembus jantungnya?

Atau di antara kalian masih ada yang ingat dengan  kasus-kasus korban pemerkosaan yang dipaksa menikah dengan pemerkosanya sendiri? 

Lihat, apakah itu budaya ketimuran yang jauh lebih sopan dibanding budaya bangsa-bangsa lain di dunia? Tidak, kawan!

Pelecehan seksual tetaplah kejahatan mau itu pelakunya orang Indonesia, Arab,  Inggris, Belanda, Amerika, Afrika, Jepang, Russia bahkan Kutub Utara.

Dalam konteks lain, pakaian misalnya, perempuan juga sering disalahkan. Perumpamaannya, "Salah sendiri pakai rok mini, pantas diperkosa," atau "Yah elu mah pakaiannya terbuka gitu, wajarlah orang mikir mau merkosa," atau "Apa lo melawan gue? mau gue perkosa lo?" dan lain sebagainya.

Di dunia ini, ternyata hidup sebagian orang yang menganggap bahwa melakukan pelecehan seksual hingga melakukan  pemerkosaan sebagai sebuah 'hukuman' yang pantas bagi perempuan yang dianggap tidak menurut pada aturan kaum laki-laki. 

Padahal, saya adalah saksi hidup bahwa pakaian mini bukan penyebab timbulnya hasrat laki-laki untuk melakukan pelecehan seksual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun