Pertama kali saya tergugah dengan ide rumah ibadah ramah lingkungan adalah saat ada kelompok mahasiswa yang ingin mengajukan proposal pembiayaan Program Kreativitas Mahasiswa yang saat itu dibiayai oleh Kemendikbudristek. Kelompok mahasiswa ini punya gagasan yang menurut saya luar biasa. Kelompok mahasiswa yang kebetulan mayoritas Muslim, melihat bahwa sebenarnya air limbah hasil berwudhu di masjid bisa digunakan untuk aktivitas lain yang lebih bermanfaat daripada langsung dibuang ke selokan.
Menurut mereka, air limbah ini sebenarnya relatif sangat bersih, karena sebenarnya mereka yang berwudhu secara fisik sudah bersih, sehingga air limbahnya pun relatif bersih.Â
Di banyak masjid dengan jamaah yang besar, menurut mereka, air limbah berwudhu saat Jumatan jumlahnya sangat banyak, dan saat itu limbah ini langsung dibuang ke selokan. Padahal air limbah ini sebenarnya bisa digunakan untuk menyiram tanaman, flushing, bahkan untuk mencuci mobil.
Meskipun tidak berhasil dibiayai oleh Kemendikbudristek, namun ide ini benar-benar berkesan bagi saya: mengapa pendidikan ramah lingkungan beserta contoh praktisnya tidak dimulai dari tempat ibadah?
Katedral Semarang Go Green
Salah satu Gereja Katolik yang sudah cukup maju dalam menerapkan konsep ramah lingkungan adalah Gereja Katedral Jakarta. Langkah-langlah yang sudah dilakukan oleh Gereja Katedral Jakarta dalam usaha untuk ramah lingkungan adalah: penggunaan panel surya, dan pengelolaan sampah termasuk daur ulang bahan-bahan dekorasi kegiatan gereja.
Mulai Minggu Paskah II tanggal 26-27 April 2025, Gereja Katedral Semarang juga sudah go green dengan tidak menyediakan teks misa yang dicetak. Sebagai gantinya, Gereja menyediakan dua layar besar untuk membantu umat agar dapat mengikuti kegiatan ibadah dengan baik. Bagi umat yang menginginkan teks misa, umat dapat men-scan bar code yang disediakan di bangku-bangku gereja. Teks misa digital bisa diunduh dan disimpan di gawai umat.
Sebelumnya Gereja Katedral Semarang menyediakan teks misa cetak. Umat berulang kali diminta untuk membawa pulang teks misa cetak ini. Tentu tujuannya adalah agar umat mau membaca kembali dan meresapkan lagi bacaan-bacaan dalam teks misa agar dapat menerima firman Tuhan, mengalami dan tentunya membagikan kerahiman ilahi yang ada dalam bacaan-bacaan dalam misa.
Sebenarnya sudah banyak gereja yang tidak menyediakan teks misa berbentuk cetakan. Biasanya gereja-gereja ini menayangkan teks misa di layar yang disediakan, baik di dalam maupun di luar gereja. Kelemahannya bagi gereja yang hanya menyediakan tayangan selama misa adalah umat tidak memiliki arsip teks misa yang bisa dibaca kembali seusai misa.