Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Semesta Air: Refleksi Peringatan Hari Air Sedunia 2025

23 Maret 2025   16:37 Diperbarui: 24 Maret 2025   07:00 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Air Sedunia 2025 (Foto: Situs UN Water)

Berangkat dari keprihatinan terhadap pengelolaan air di Indonesia dan berbagai bencana yang diakibatkan oleh air, beberapa anggota masyarakat sipil sedang intens berdiskusi tentang konsep semesta air.

Pernyataan Presiden Prabowo bahwa sawit juga pohon yang juga memiliki daun (VoA, 2/1/2025) adalah salah satu bentuk bahwa ada masalah besar tentang literasi air. Pengaruh pohon kelapa sawit dan pohon di hutan alami dengan serasahnya tentunya berbeda dalam kaitannya dengan siklus hidrologis. Pernyataan Presiden Prabowo ini juga mencerminkan minimnya literasi air di berbagai kalangan di masyarakat.

Minimnya literasi air juga terjadi di gerakan masyarakat sipil. Organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang gender, lingkungan hidup, tambang, tanah, hutan, gerakan anti perampasan tanah dalam jumlah besar untuk food estate, selama ini banyak yang tidak tidak mengaitkan isu yang mereka tangani dengan air. Padahal muara atau bahkan hulu dari isu tersebut adalah air.

Baru tahun 2010, misalnya, perampasan tanah yang populer dengan sebutan land grabbing, kemudian disadari sebagai perampasan air atau water grabbing. Tidak mungkin ada perampasan tanah dalam jumlah jutaan hektar untuk proyek food and energy estate jika tidak ada pasokan air untuk mengairi jutaan hektar tanah yang dirampas.

Dalam kaitan itu lah, konsep semesta air perlu didiskusikan. Artikel ringkas ini berisikan tentang beberapa prinsip dasar yang melandasi konsep semesta air dan berbagai tantangan terkait dengan penerapan prinsip dasar tersebut.

Prinsip Dasar Pertama Semesta Air: Res Communis

Prinsip yang sangat mendasari konsep semesta air adalah res communis, karena air amat terkait dengan hajat hidup orang banyak (Tim Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air, 2016). Res communis berarti bahwa air merupakan milik bersama masyarakat dunia, sehingga tidak dapat dimiliki oleh satu negara, apalagi hak kepemilikan individu.

Implikasinya adalah bahwa hak atas air melekat pada setiap anggota masyarakat secara setara. Hanya karena air bersifat lintas batas, maka anggota masyarakat memberikan mandat kepada negara untuk membantu mengelolanya. Artinya jika negara sebagai penerima mandat tidak bekerja untuk menjamin hak atas air setiap anggota masyarakat, maka mandat dapat dicabut.

Pengelolaan air dikembalikan pada komunitas, dan dengan segala keterbatasannya komunitas menjalin jejaring untuk pengelolaan air yang lebih terpadu. Komunitas Peduli Ciliwung adalah salah satu contoh bagaimana komunitas berusaha menjalin relasi yang lebih lestari dalam pengelolaan air antara masyarakat yang tinggal di hilir dengan masyarakat yang tinggal di hulu Sungai Ciliwung. Meskipun terbatas, komunitas punya kapasitas untuk pengelolaan air yang terpadu dan lestari.

Prinsip Dasar Kedua Semesta Air: Hak Asasi atas Air

Sebagai hak asasi yang melekat pada setiap individu, adalah hak setiap individu untuk memperoleh akses terhadap air. Jesse C. Ribot dan Nancy Lee Peluso dalam artikelnya yang fenomenal 'Theory of Access' yang dimuat di jurnal Rural Sociology Volume 68(2) halaman 153-181 tahun 2003, mendefinisikan akses sebagai the ability to benefit atau kemampuan untuk memperoleh manfaat. Dalam hal ini adalah kemampuan setiap anggota masyarakat untuk memperoleh manfaat dari air: baik manfaat ekonomi, manfaat sosial termasuk kesehatan, dan manfaat lingkungan termasuk bebas dari kekeringan dan banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun