Mohon tunggu...
Wijanarto
Wijanarto Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Sejarah Alumnus Magister Sejarah Undip Semarang

#mencintai sejarah #positiv thinking# niku mawon {{{seger kewarasan}}}

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sastra Memanjakan Imaji Anak

25 Februari 2020   09:33 Diperbarui: 25 Februari 2020   09:37 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam sastra dunia anak-anak termanjakan. Riuh imajinasi dan kenikmatan masa kanak-kanak terlampiaskan dalam kebebasan untaian kata-kata sastrawi yang mendekatkan dalam dunia mereka. Ini beda benar dengan kondisi sekarang. Bagaimana dunia anak-anak dicengkeram dalam ketakutan akan penculikan, kekerasan seksual dan hal-hal yang menyebabkan teror pada dunia kanak-kanak. 

Informasi media massa telah mendikte ancaman pada anak-anak sekaligus kecemasan orang tua. Ada gerangan apakah realitas kanak-kanak di Indonesia mengalami kegentingan sedemikian rupa. Beda benar dengan dunia sastra yang memanjakan imajinasi mereka dalam kenikmatan membaca.

Darurat anak-anak yang dilansir beberapa publikasi, menjadi keprihatinan tak hanya soal krisis kepercayaan pada dunia rumah, sekolah dan juga membaca. Membaca sastra dan juga kebutuhan asupan sastra anak-anak harusnya menjadi keprihatinan kita bersama. Menyalakan imajinasi dalam kenikmatan membaca sudah selayaknya menjadi kebutuhan bagi anak-anak untuk menangkal segala kemungkinan terjelek.

Bersyukurlah Indonesia memiliki Sukanto S.A, Djoko Lelono yang mengeksplorasi fiksi ilmiah pada dunia anak-anak, Arswendo Atmowiloto, Dwianto Setyawan yang menorehkan karya-karya mereka pada anak-anak Indonesia. Terakhir kita bergeliat dengan ciptaan Andrea Hirata melalui Laskar Pelangi dan Beny Ramdani dengan Princess Noura. 

Pengembaraan dunia anak-anak pun menjadi ruang kreatif para sastrawan dunia. Sebut nama Charles Dicksen, Hans Christian Anderson, Oscar Wilde, Mark Twain dengan tokoh Tom Sawyer, Hector Malot, Antoine de Saint Exupery, Enid Blyton,  J.R.R Tolkien dengan makhluk Hobbietnya, JK Rowlins yang menghipnotis anak-anak melalui rekaan tokohnya Harry Potter. 

Mereka memanjakan dunia anak-anak dalam petualangan karya-karya mereka. Seperti tulisan cerita Sukanto S.A membahagiakan anak-anak melalui cerita yang tidak terkesan mendikte, menggurui. Inspirasi ceritanya diambil dari hal-hal kecil -- memaksanya sebagaimana pengantar Maria Hartiningsih dalam kumpulan Orang-orang Tercinta, kreatif agar penyelamannya tersaji secara indah dan lebih tersaring.

Soekanto berpantang dalam ceritanya menggurui anak. "Buku cerita anak pertama harus memberikan kenikmatan membaca. Dan terpenting supaya hanya sari makanan yang bernilai yang perlu untuk perkembangan jiwa anak" ungkap Sukanto.

Simak saja cerita Tangan Terulur yang berkisah pertanyaan anak soal keberadaan Tuhan kepada ayahnya. Untuk membuktikan, sang ayah cukup memperagakan menutup mata sang anak serta menutup telinga sang anak. Di penutup cerita pesan ayah melalui sejumlah pertanyaan pada anaknya :

Kertasinduyasa, Februari 2020

Dapatkah kau hidup bila tak ada udara yang ke luar masuk rongga dadamu ? Dapatkah kau melihat alam yang indah tanpa matamu ? Dapatkah kau menikmati lagu merdu tanpa telingamu ? kepada siapakah kau harus berterima kasih untuk semuanya itu ? Matahari yang menerangi bumi, siapakah penciptanya ? Lalu alam tempat kita tinggal dan hidup ini .

Oscar Wilde (1854-1900) sastrawan kelahiran Dublin Irlandia mengguratkan kisah anak-anak dalam cerita Pangeran Bahagia (The Happy Prince). Kisah persahabatan patung Pangeran Bahagia dan seekor burung wallet kecil. Kisah persahabatan itu memberikan inspirasi bagi anak-anak yang membacanya, Nilai ketulusan menjadi sikap bagaimana memaknai jalinan cerita pengarang yang dikenal flamboyant ini. Bagaimana tidak menyentuh diakhir cerita Oscar Wilde menyuguhkan perkisahan yang membuat imaji anak-anak tergerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun