Pendahuluan
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia memiliki peran strategis dalam membentuk karakter bangsa melalui pendidikan. Sebagai falsafah hidup bangsa, Pancasila mengandung nilai-nilai yang esensial untuk membangun masyarakat yang berkeadilan, bermartabat, dan toleran. Dalam sistem pendidikan nasional, filsafat pendidikan Pancasila dirancang untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan kemanusiaan kepada peserta didik. Namun, dalam konteks era digital dan masyarakat multikultural, implementasi filsafat pendidikan Pancasila menghadapi berbagai tantangan yang kompleks dan multidimensi. Transformasi teknologi, perubahan sosial, serta pluralitas budaya membawa implikasi signifikan terhadap pelaksanaan pendidikan berbasis Pancasila.
Era digital telah menciptakan berbagai perubahan besar dalam cara manusia berkomunikasi, belajar, dan bekerja. Di sisi lain, masyarakat Indonesia yang sangat multikultural menghadapi berbagai dinamika sosial yang dapat memperkuat maupun melemahkan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis tantangan-tantangan yang dihadapi dalam implementasi filsafat pendidikan Pancasila di era digital dan multikultural, serta merumuskan strategi untuk mengatasi hambatan tersebut guna memperkuat relevansi nilai-nilai Pancasila di tengah dinamika globalisasi.
Artikel ini bertujuan untuk menguraikan tantangan-tantangan utama dalam implementasi filsafat pendidikan Pancasila serta menawarkan solusi yang aplikatif. Dengan pendekatan teoritis dan empiris, artikel ini berkontribusi pada upaya pengembangan pendidikan yang berbasis Pancasila dalam menghadapi tantangan global.
Pembahasan
1. Tantangan di Era Digital
Era digital telah mengubah paradigma pendidikan secara fundamental. Dalam konteks filsafat pendidikan Pancasila, terdapat beberapa tantangan utama yang harus diatasi:
a. Disrupsi Teknologi dalam Proses Pembelajaran
Digitalisasi pembelajaran membawa tantangan besar dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan yang menjadi inti dari filsafat pendidikan Pancasila. Proses pembelajaran berbasis teknologi sering kali terfokus pada penguasaan keterampilan teknis, sementara aspek pendidikan karakter sering kali diabaikan. Misalnya, platform pembelajaran daring yang populer seperti aplikasi belajar mandiri cenderung menitikberatkan pada pencapaian akademik tanpa memberikan ruang yang memadai untuk pengajaran nilai-nilai kebangsaan, gotong royong, dan toleransi.
Selain itu, kesenjangan akses teknologi di berbagai wilayah Indonesia juga menjadi hambatan. Wilayah terpencil sering kali tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pembelajaran digital, sehingga menyebabkan ketimpangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila. Ketimpangan ini berpotensi menimbulkan polarisasi sosial yang bertentangan dengan semangat persatuan bangsa.