Mohon tunggu...
Aang Suherman
Aang Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perantau

Ekspresi apa adanya semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Humor: Cara Tes Keperjakaan

21 Agustus 2013   23:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:00 4236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Wacana dan rencana keharusan test keperawanan bagi siswi yang akan masuk sekolah,sangat aneh dan terkesan mengada-ada,kalau dalam bahasa Sunda disebut :aya-aya wae...!.Berbagai kritik hadir,berbagai opini keluar dari yang pro sampai yang kontra dan berstandar ganda,mengenai pendapat tentang harus atau tidaknya tes keperawanan ini dilaksanakan secara serentak di seluruh pelosok negeri.

Yang pro biasanya beralasan karena menurut beberapa survei membuktikan bahwa anak usia SMP di kita,hampir sekian persen sudah tidak perawan lagi.Celakanya,hilang mahkota gadisnya mereka itu bukan karena kecelakaan atau disebabkan karena suka naik sepeda,tetapi disinyalir hilang keperawanannya karena pernah berhubungan intim di luar nikah.Sebut saja dengan gamblang,mereka sudah pernah berzina.Ampyuuun!

Yang pro dengan test ini,berpendapat untuk mengurangi dan memberi efek jera kepada anak-anak usia itu,maka perlu tes kegadisan ketika mau masuk sekolah.Mengenai teknis mengetes kegadisannya ? Nah ini juga jadi polemik tersendiri,konon katanya ada yang dilihat secara kasat mata saja,masih ada selaput dara atau tidak,dan yang nyleneh ada juga katanya yang dimasukan dua jari saja ke vagina sang pasien.Nah ini menimbulkan polemik terbaru juga,Terbayang berapa ratus calon siswa berderet antri untuk diperiksa (maaf) veginya masing-masing.

Intinya yang pro cara test ini,adalah untuk mengurangi jumah anak remaja yang suka mengobral kegadisannya sebelum waktu dan bukan kepada yang berhaknya nanti,suaminya.

Yang kontra,utamanya menyatakan bahwa kegadisan dan keperawanan seseorang itu adalah murni hak pribadi setiap orang.Disdik atau sekolah tak usah ikut mengurus hal-hal demikian." Itu adalah hal dan termasuk wilayah privacy setiap orang..,Disdik urusi saja bidang pendidikan dan tetek bengeknya,agar lebih bermutu pendidikan di tanah air,ngapain pula ngurus yang bukan wilayahnya...!" teriak yang kontra.

Lebih jauh yang kontra berkata pula," Hwallah,..keperawanan itu tidak menjamin baiknya moralitas seseorang.Tidak jamin deh...,nyatanya yang sudah tidak perawan ketika masa gadisnya ,banyak kok yang berprestasi dan berjasa bagi bangsa ini..'.

Dan masih banyak lagi suara-suara kontra lengkap dengan paparan dan argumentasinya masing-masing yang canggih-canggih dan masuk akal.

***

Ngemeng-ngemeng soal tus-tas-tes-tes semacam itu,terutama tes keperawanan,kok menyerempet -nyerempet ke soal isu gender.Tes keperawanan itu pastinya hanya dilaksanakan kepada siswa yang berjenis kelamin perempuan.Kenapa kepada siwa laki-laki tidak di tes tentang 'masih perjaka atau tidak' ? Karena tidak mungkin ada fenomena banyak kehilangan kegadisan di remaja tanah air,kalau tidak ada yang 'merusak' dahulu dengan masuknya alat kelamin kaum lelaki.

Saya rasa perlu siswa laki-lakipun dites keperjakaanya..! Caranya....? Kalau cara mengetes kegadisan hampir semua orang tahu,kalau selaput dara tipis di vagina sudah robek atau rusak,maka berarti sang wanita itu sudah tidak perawan lagi.Itu adalah ciri baku untuk status perawan atau tidaknya seorang perempuan.Lalu kalau laki-laki,bagaimana caranya lihat seorang lelaki masih perjaka atau sudah tidak perjaka lagi?

Mungkin pak dokter dan bu dokter kompasianer bisa memberitahu kita di lapak kompasiana milik beliau masing-masing,untuk memberi penjelasan ciri lelaki masih masih perjaka atau tidak secara medis.Karena saya sudah mencari ke segala sumber,tak ada yang bisa menjelaskan secara pasti,apakah seorang laki-laki masih perjaka atau bukan,dan bisa dibuktikan secara medis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun