Mohon tunggu...
Dwi Pakpahan
Dwi Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

WNI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rating Sang Aktris

19 Maret 2021   22:28 Diperbarui: 20 Maret 2021   11:19 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Aku mencintaimu, sangat mencintaimu tapi mengapa kau meninggalkanku?”

“Bertahun-tahun aku mencoba setia walau kau tak menganggapku ada. Tak kusangka kau tega mengkhianatiku. Hatiku sakit.”

Perempuan itu berkata lirih. Pipinya basah oleh air mata yang mengalir. Matanya merah. Dari balik pohon dia melihat sepasang sejoli saling mengenggam tangan duduk di atas kursi taman.

Sepasang sejoli itu tak peduli sekitarnya, seakan dunia milik mereka berdua. Mereka saling tersenyum, berbisik lalu tertawa bersamaan.

Sementara perempuan yang menangis itu kian terisak dalam tangisnya. Tapi dia menutup mulutnya dengan tangan, tak ingin sepasang sejoli itu mendengar isak tangisnya.

Lelaki yang dicintai dengan sepenuh hati selama bertahun-tahun tega mengkhianatinya. Dan kini di depan matanya sedang bermesraan.

Dia hanya bisa melihat kemesraan itu dari balik pohon dengan tangisan di pipi. Tangannya masih menutup mulutnya agar isak tangis itu tak terdengar.

Ingin rasanya menampar lelaki dan perempuan selingkuhannya itu. Tapi dia tak boleh melakukannya. Dia hanya boleh menangis dan menangis di balik pohon. Dia adalah perempuan yang disakiti. Dia tidak boleh berimprovisasi.

"Cut!" suara sutradara mengakhiri akting menangis perempuan itu. 

Dengan pipi yang masih basah, dia menghampiri sutradara yang lagi duduk.

“Kenapa sih adegannya hanya menangis pasrah? Kenapa skenarionya tidak diganti dengan adegan menampar selingkuhan pacarnya?” ujarnya kesal.

“Mona, memang begitu skenarionya. Tidak bisa diganggu gugat. Lagian itu sesuai dengan permintaan penonton biar rating sinetron kamu naik terus.”

Yah, kalau permintaan penonton dan menyangkut rating. Dia gak bisa berbuat apa-apa. Inilah risiko menjadi aktris, harus siap dengan skenario yang kadang tidak bisa diterima logika. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun