Puja-puji dilontarkan untuk pemuda lugu itu. Dia pun terbang pesat lupa berpijak. Irama sanjungan membiusnya masuk perangkap.
Bertamengkan label pahlawan, dia terseret skandal kotor.
Babak demi babak berjalan sempurna. Pemuda lugu itu masih terlelap pulas. Tak menyadari jeruji besi menanti untuk ditempatinya.
Buggh!
Dia terpukul sadar. Hawa dingin penjara membuatnya siuman. Bangun dari tidur lelapnya. Namun semuanya terlambat.
Dari balik tembok dinding, terdengar kalimat nada penyesalan;
"Sudah berulang kali kubilang Tigor, Â jangan kau berpolitik. Politik itu lebih kejam dari mak tirimu."
Medan, 18 Januari 2021
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!