Mohon tunggu...
Dwi Pakpahan
Dwi Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Perempuan

WNI

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Korban

18 Januari 2021   17:23 Diperbarui: 18 Januari 2021   17:36 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puja-puji dilontarkan untuk pemuda lugu itu. Dia pun terbang pesat lupa berpijak. Irama sanjungan membiusnya masuk perangkap.
Bertamengkan label pahlawan, dia terseret skandal kotor.

Babak demi babak berjalan sempurna. Pemuda lugu itu masih terlelap pulas. Tak menyadari jeruji besi menanti untuk ditempatinya.

Buggh!

Dia terpukul sadar. Hawa dingin penjara membuatnya siuman. Bangun dari tidur lelapnya. Namun semuanya terlambat.

Dari balik tembok dinding, terdengar kalimat nada penyesalan;
"Sudah berulang kali kubilang Tigor,  jangan kau berpolitik. Politik itu lebih kejam dari mak tirimu."

Medan, 18 Januari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun