"Mengapa kamu selalu mengerjakan PR Dion?" pertanyaan itu berulangkali hadir di telingaku.
Pertanyaan yang tidak pernah kugubris dan kuanggap angin lalu saja. Selalu hanya senyum yang kuberikan untuk jawaban itu.
"Wah, kamu memang benar-benar pacar yang baik." Kata-kata itu yang selalu menjadi sihir bagiku dan hadiah yang selalu kuharapkan jika aku selesai mengerjakan PR Dion.
Kata-kata yang berasal dari Dion, pacar sekaligus teman sekolahku.
Dion yang pintar tapi malas mengerjakan PR-nya, aku yang rajin mengerjakan PR-nya walau harus berjuang menulikan telingaku dari omelan sahabat terbaikku, Stella.
***
"Mengapa kamu selalu mengerjakan PR Dion?" kalimat itu muncul lagi ketika Stella melihatku mengerjakan PR Dion untuk kesekian kali di pagi ini.
Stella telah tiba di sekolah.
Seperti biasa, aku akan datang pagi-pagi untuk mengerjakan PR Dion karena Dion selalu memberikan buku PR-nya di pagi hari sebelum bel tanda masuk berbunyi.
Kali ini pelajaran matematika, dan kelasku sudah mengerjakannya terlebih dahulu. Jadi mudah bagiku mengerjakannya. Guru-guru sering memberikan PR yang sama untuk setiap kelas.
Aku melihat Stella dengan senyuman lalu meneruskan tugasku mengerjakan PR Dion. Stella hanya diam saja, mungkin dia kesal. Kulirik sekilas dari tempat dudukku, dia beranjak berdiri dari kursinya, meletakkan tasnya di laci meja lalu pergi meninggalkan kelas.