Mohon tunggu...
widyastuti jati
widyastuti jati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Salatiga

mengagumi keindahan alam dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Misteri Rumah Dinas

14 Februari 2023   08:53 Diperbarui: 14 Februari 2023   08:59 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ada satu kamar berukuran kecil yang "aneh". Pertama, ketika teman-teman SMP anak sulungku bermain dan bermalam di kamar itu, tiba-tiba pintu terkunci, salah satu anak tidak bisa keluar. 

Setelah pintu digedor-gedor cukup lama tiba-tiba pintu yang terkunci bisa membuka. Salah satu teman anakku yang terkunci terlihat pucat pasi karena ketakutan. Kejadian kedua, ketika aku dan suami sedang bersantai tiduran di kamar itu sambil bercengkerama, tiba-tiba aku merasakan tempat tidur bergoyang  seperti berada di atas ombak kecil.  

Semula aku berpikiran, mungkin aku  tiba-tiba vertigo sehingga rasanya seolah-olah  sekelilingku bergerak. Ternyata suami merasakan hal yang sama. Kami pun beristighfar bersama, dan memutuskan kamar itu kami jadikan tempat salat berjamaah, dan bakda maghrib aku selalu membaca Al- Qur'an di kamar ini.

Suatu malam, aku bersama suami ke kantor untuk menyambangi Pak Bejo yang kebetulan jaga. Pak Bejo bercerita tentang pohon kantil yang ada di samping rumah. Usia pohon itu lebih dari 50 tahun, ada sebelum rumah dinas dibangun. 

Pohon besar yang tingginya lebih dari 15 meter itu  daun dan bunganya lebat dan selalu menebarkan aroma wangi, dipercaya sangat disukai kuntilanak. Jika tengah malam bahkan bakda maghrib  beberapa orang bisa melihat kuntilanak berada di sekitar pohon itu termasuk Pak Bejo. Bulu kudukku bergidik, padahal pohon itu berada di samping kamar tidur utama, kamar yang kami tempati.

Ketika putriku yang kedua liburan di rumah dinas, dia tidur di kamar sebelah. Paginya  dia bercerita kalau ada perempuan berambut panjang, yang wajahnya tidak jelas memasuki kamarnya. Putriku bercerita dengan santainya tanpa rasa takut. Meski masih anak-anak dia termasuk pemberani,  berani tidur sendirian di kamar yang besar. Kesukaannya melihat film horror, berbeda dengan aku yang penakut.

Malam ini suami berpamitan mau mendatangi pagelaran wayang kulit di desa pada acara "merti deso". Aku tidak ikut karena selain udara dingin, anginnya juga besar dan pagelaran pasti selesainya larut malam padahal besok aku harus mengajar pagi. Pukul 9 suami meninggalkan rumah, aku sendirian di kamar utama sambil melihat telivisi. Semula  aku merasa baik-baik saja, sambil tiduran melihat televisi berharap langsung bisa terbuai dalam mimpi. 

Namun  prediksiku salah, ternyata kali ini aku sulit memicingkan mata.  Kurasakan malam begitu panjang.  Semakin larut, suasana semakin sepi, udara semakin dingin dan deru angin pun makin besar. 

Ketika lonceng jam dinding berdentang duabelas kali, tiba-tiba bulu kuduk berdiri teringat pohon kantil yang persis ada di samping kamar  yang aku tempati. Hatiku berdegub hebat ketika mencium bau wangi menebar di kamar, aku segera menelungkupkan badan, dan guling aku letakkan di atas kepala, beristighfar dan berzikir sebisaku.

Ketika  mendengar derit pintu terbuka jantungku hampir copot, apalagi ada benda dingin yang menyentuh lengan, aku tak bisa menahan takutku hingga aku menjerit.

"Hey ... ini aku!" kudengar suara suami. Dia berusaha menenangkan aku yang terengah-engah ketakutan dengan merengkuh dan menggenggam tanganku. Tangannya dingin seperti es karena di luar udara sangat dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun