Mohon tunggu...
widyastuti jati
widyastuti jati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Salatiga

mengagumi keindahan alam dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menunggu Senja di atas Kereta

3 Februari 2023   05:38 Diperbarui: 3 Februari 2023   05:41 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1979 merupakan pengalaman pertama saya naik kereta api. Saat itu saya masih duduk di kelas 1 SMA, Pakdhe mengajak saya berlibur ke Jakarta bersama dua sepupu saya. Kami sampai di Stasiun Semarang sudah petang, banyak kerumunan orang di stasiun sehingga kami menunggu kereta sambil berdiri. Tak lama  kemudian, Pakdhe mengajak kami naik kereta kelas ekonomi  yang baru datang.

Penumpang berebutan naik kereta, saya dan saudara sepupu akhirnya berhasil naik meski berdesak-desakan. Semua tempat duduk sudah penuh, kami pun duduk di jalan, bersama penumpang-penumpang lain. Karena ini merupakan pengalaman pertama, saya sangat menikmati perjalanan ini, meski duduk di bawah. Malam semakin larut dan para penumpang satu persatu merebahkan tubuh di sepanjang jalan lorong kereta, demikian pula saya, saudara sepupu dan Pakdhe , bantalnya tas yang kami bawa. Meski panas, akhirnya kami bisa pulas di latai kereta api, tanpa alas hingga sampai tujuan.

Pulang dari Jakarta kami naik kereta api lagi. Tidak seperti ketika berangkat, yang penuh sesak, kali ini penumpangnya sepi. Kami bisa duduk  dengan bebas, bahkan satu deret kursi bisa untuk satu orang, tidur pun jadi nyaman. Karena  hari sudah petang kami tidak bisa menikmati pemandangan di luar, hal ini membuat kami tidur nyenyak.

Empat puluh tahun kemudian, tepatnya tahun 2019 saya baru naik kereta api lagi. Kali ini perjalanan menuju kota Bandung. Saya berangkat  bersama dengan rombongan ibu-ibu Pengurus Dharma Wanita Kabupaten. Kami naik kereta api eksekutif yang sangat nyaman, bagus dan modern sangat berbeda dibading ketika saya naik kereta untuk yang pertama kalinya. Kami bisa istirahat dan tidur nyenyak.  Demikian pula ketika pulang, kami juga naik kereta api eksekutif. Sayang saat naik kereta, hari sudah malam, sehingga tidak bisa menikmati pemandangan, hanya kegelapan dan kadang ada kerlap kerlip lampu  di sepanjang jalan yang kami lewati.

Bulan Desember yang lalu, saya dan suami akan pergi ke Cirebon, untuk menghadiri lamaran keponakan. Rencananya kami akan naik mobil sendiri, tetapi anak-anak tidak memperbolehkan, mengingat kami sudah lansia.  Mereka membelikan tiket kereta api eksekutif untuk berangkat dan pulang.

Kali ini kami berangkat pagi, mobil bisa dititipkan di stasiun Semarang. Karena masih pagi dan waktu masih lama, saya bisa menikmati duduk di ruang tunggu yang sangat nyaman. Toiletnya pun, bersih dan wangi seperti di bandara.

Saat naik kereta, saya bisa menikmati pemandangan yang indah lewat jendela yang cukup lebar.  Kebun dan sawah yang menghijau, sawah bawang merah  menghampar luas  begitu subur, sangat memukau, membuat perjalanan terasa menyenangkan. Kami juga bisa beristirahat  sembari ngobrol dan makan camilan, suasana di kereta sangat  tenang, sehingga  tak lama suami pun tidur pulas.

Ketika sampai di Cirebon sudah ada orang-orang berseragam yang menawarkan jasa membawakan barang. Mereka ramah dan santun membawakan barang sampai di restoran di mana adik saya akan menjemput. Ini tentu sangat membantu kami yang sudah lansia.

stasiun Cirebon. dokpri
stasiun Cirebon. dokpri

Hari berikutnya  saat pulang, jam keberangkatan kereta api  pukul empat sore. Kami datang di stasiun agak awal, sehingga   bisa makan  siang di resto  dan salat di mushola stasiun. Kami dikawal lagi orang berseragam yang menawarkan jasa,  memberi info dan mengarahkan kami dengan sopan dan sabar membawakan barang kami  sampai di resto.  Sesudah selasai makan dan salat, kami ditunjukkan ruang tunggu yang sangat nyaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun