Yang kedua apabila ada peristiwa viral yang berhubungan dengan moral saya diskusikan juga dengan mahasiswa di sela- sela menyampaikan materi. Untuk saat ini, mahasiswa  libur semester tetapi saya  mengajar mahasiswa Kelas Khusus International, untuk mempersiapkan PPL. Meski  mengajar microteaching, saya tetap bisa menyisipkan pendidikan moral yang berkaitan dengan berita viral itu. Dengan berdiskusi, mahasiswa bisa berpikir kritis tentang pelajaran moral yang  terjadi di dunia nyata. Mereka saya ajak berpendapat  bagaimana  cara mencegah perbuatan melanggar norma yang bisa mengancam  masa depan mereka dan apa saja  penyebab serta solusinya.
Yang ketiga, peristiwa viral yang menyangkut moral bisa juga didiskusikan di pertemuan dawis atau PKK rt. Hal  ini penting agar ketahanan keluarga yang mana peran ibu sangat  dominan, bisa menghindari hal- hal yang negatif tentang pelanggaran norma oleh para remaja.
Jadi, keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat memegang peran penting dalam mengantarkan para generasi muda  untuk memiliki sikap dan nilai hidup yang baik, menjunjung tinggi norma- norma agama, di tengah santernya  arus sosial media yang sulit untuk difilter. Di satu sisi tehnologi informasi sangat membantu, dan memudahkan dalam segala hal tetapi di sisi lain banyak  konten negatif yang sangat membahayakan anak-anak dan remaja.
Harapan saya semoga program pemerintah tentang profil pelajar  pancasila, sebagai pengganti KI (Kompetensi Inti) yang mencakup pendidikan akhlak atau karakter pelajar Indonesia, bisa mengatasi degradasi moral yang melanda para kawula muda Indonesia.