Mohon tunggu...
Money Pilihan

Industri Halal Indonesia: Peluang dan Tantangan

14 Mei 2019   09:05 Diperbarui: 14 Mei 2019   09:19 5915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENGENAL INDUSTRI HALAL

Industri halal saat ini sedang mengalami trend positif beberapa tahun terakhir. Industri halal berarti industri yang menerapkan standar halal mulai hulu sampai hilir. Indikator halal dapat diartikan sebagai standar kualitas yang sesuai dengan hukum Syariah Islam dan digunakan pada setiap aktivitas yang dilakukan oleh umat Muslim. 

Halal di sini memiliki arti semua jenis produk dan servis (jasa) yang diperbolehkan oleh Islam. Masyarakat umumnya mengartikan halal hanya sebatas untuk makanan/minuman saja. Sebenarnya halal tidak hanya untuk makanan saja, tetapi bisa juga pada penggunaan teknologi yang digunakan untuk memenuhi produk/jasa tersebut.

Industri halal tidak hanya ditujukan untuk negara-negara dengan penduduk yang mayoritas muslim saja, tetapi juga ditujukan ke negara-negara dengan penduduk minoritas muslim.  Berbagai kalangan, ras, etnis, atau suku dapat menikmati industri halal tersebut tanpa ragu-ragu.

Industri halal yang sedang menjadi sektor prioritas di Indonesia ini terlihat melalui perencanaan KNKS (Komite Nasional Keuangan Syariah) 2019 dimana peningkatan industri ini diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga keuangan syariah nasional. 

Pengembangan industri halal telah menjadi perhatian tersendiri oleh pemerintah Indonesia, hal ini dapat dilihat dari upaya-upaya pemerintah dalam mengeluarkan 'payung hukum' atau aturan untuk pengembangan industri halal berupa Undang-Undang No. 33/2014 mengenai Jaminan Produk Halal. Di dalam undang-udang tersebut mencakup perlindungan, akuntabilitas, transparasi, keadilan, kepastian hukum, efesinesi, efektivitas, dan professional.

Selain membuat undang-undang, pemerintah juga membentuk suatu badan yang bertanggung jawab pada industri produk halal di dalam negeri, yaitu Badan Penyelenggara Penjaminan Produk Halal (BPJPH) yang memiliki kedudukan di bawah Menteri Agama serta bertanggung jawab kepada Menteri Agama. Dalam melaksanakan wewenangnya BPJPH bekerja sama dengan kementrian dan lembaga terkait, yaitu Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) yang melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengujian terhadap kehalalan produk serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertugas memberikan penetapan kehalalan produk dalam bentuk Keputusan Penetapan Halal Produk. 

TANTANGAN

Bersaing di pasar industri halal tidaklah mudah, berbagai tantangan harus dihadapi oleh Indonesia agar dapat bersaing di skala global.

1. Potensi Industri Halal Belum di Optimalkan

Indonesia memiliki jumlah populasi Muslim terbesar di dunia. Berdasarkan  data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, 207 juta jiwa penduduk Indonesia beragama Islam atau sebesar 87% populasi Indonesia. Berdasarkan Laporan Ekonomi Islam Global 2017/2018, Indonesia saat ini menempati peringkat pertama dalam hal konsumen produk makanan halal yaitu sebesar US$169,7 miliar [1]. Namun, Indonesia hanya menempati peringkat 10 dalam hal produksi makanan halal [2]. Dari data tersebut, terdapat potensi besar untuk pengembangan industri halal di Indonesia, namun potensi tersebut masih belum dapat dimanfaatkan dengan optimal.

                                                                                                      Gambar 1. Peringkat Negara Ekonomi Islam Global-dokpri

2. Kendala Internal dan Eksternal

Dalam pelaksanaan industri halal ini, Indonesia masih menghadapi tantangan serta hambatan yang ada mengenai sertifikasi halal. Terdapat kendala internal maupun eksternal dalam mencapai ambisi negara menjadi Global Halal Hub.

Tantangan internal yang dihadapi yaitu seperti minimnya pelaku usaha yang melakukan sertifikasi halal terhadap badan usaha dan produknya. Padahal, Negara Indonesia merupakan negara mayoritas Muslim sudah seharusnya pelaku usaha memperhatikan standar halal pada badan usaha dan produknya. 

Tidak hanya itu, badan sertifikasi halal masih dirasa kurang optimal karena adanya asumsi-asumsi bahwa setiap produk yang diproduksi di Indonesia umumnya adalah halal sehingga tidak memerlukan sertifikasi halal untuk produk tersebut.

Dalam tantangan eksternal yang dihadapi yaitu pesaingan Indonesia dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Untuk saat ini industri halal di bidang makanan minuman dan keuangan sangat besar. Negara-negara saat ini memanfaatkan hal tersebut, salah satunya adalah Malaysia. 

Malaysia cukup serius dalam memanfaatkan hal tersebut, dan terbukti mereka hingga kini masih menjadi produsen makanan halal nomor 1 di dunia. Berdasarkan Global Islamic Economy Indicator [2] Malaysia memang masih menjadi pusat dalam hal produksi industri halal, Indonesia sendiri meskipun masih berada di peringkat 10 besar namun memiliki jarak nilai yang sangat jauh dari Malaysia, padahal perbandingan jumlah penduduk muslim Indonesia dan Malaysia terlampau cukup jauh, namun Indonesia belum mampu menjadi pusat dari produksi industri halal di dunia.

Negara-negara tetangga kita juga mulai melakukan pengembangan produk-produk halal meskipun negara-negara tersebut populasi Muslim hanya minoritas, seperti Philippina, Thailand dan Vietnam. 

Tidak hanya itu, negara lain seperti China yang merupakan negara dengan nilai perdagangan yang paling besar di dunia, juga menjadi produsen untuk industri produk halal, Australia juga saat ini menjadi eksportir dalam makanan halal.

PELUANG INDUSTRI HALAL

Ada banyak potensi yang sangat mungkin untuk dapat digali dan dikembangkan menjadi peluang untuk industri halal. Tidak hanya melihat potensi, tantangan yang adapun dapat menjadi peluang bagi industri halal Indonesia.

1. Banyaknya Populasi Umat Muslim dan Jumlahnya Akan Meningkat

Populasi Muslim menduduki peringkat kedua dengan angka 1,8 milyar atau setara 24% dari populasi global pada tahun 2010, angka ini di perkirakan meningkat 27% dari penduduk dunia [3]. Banyaknya populasi Muslim dan meningkatnya jumlah populasi Muslim akan meningkatkan permintaan terhadap produk/jasa halal sehingga dapat memberikan peluang yang besar bagi industri halal. 

Gaya hidup mayoritas masyarakat yang berdasarkan aturan Islam menciptakan tempat tersendiri bagi industri halal untuk berkembang. Potensi besar dari industri halal tersebut harus dimanfaatkan dengan baik untuk mendorong perekonomian, salah satunya perekonomian Indonesia. Keberadaan industri halal Indonesia sangat mungkin untuk dikembangkan menjadi pasar global dengan mengingat bahwa muslim dunia mencapai 1,8 miliar.

2. Merupakan Bisnis Besar 

Industri halal sedang berkembang pesat. Menurut Laporan Ekonomi Islam Global 2017/2018, secara global, konsumen Muslim membelanjakan US$ 1,2 triliun untuk produk makanan dan minuman pada 2016. 

Pada tahun 2022, angka ini diperkirakan akan mencapai US$ 1,9 triliun [1]. Menurut laporan itu, negara-negara Muslim dengan pengeluaran tertinggi untuk produk makanan dan minuman pada tahun 2016 adalah Indonesia (US$ 169,7 miliar), Turki (US$ 121,1 miliar), Pakistan (US$ 111,8 miliar), Mesir (US$ 80,9 miliar), Bangladesh (US$ 71,1) miliar), Iran (US$ 59 miliar) dan Arab Saudi (US$ 48 miliar). Berdasarkan angka-angka tersebut dapat dilihat bahwa industri halal sudah menjadi bisnis besar.

1b-5cda20843ba7f7480d751372.png
1b-5cda20843ba7f7480d751372.png
                                                                          Gambar 2. Negara Importir Terbesar Produk Makanan dan Minuman Halal-dokpri

Tantangan untuk mengubah Indonesia dari negara konsumen menjadi negara produsen memiliki titik balik yang menguntungkan, karena Indonesia memiliki potensi konsumen yang sangat besar sehingga dapat dijadikan target pasar untuk industri halal. 

Permintaan (demand) produk/jasa bersertifikasi halal secara global juga akan terus mengalami kenaikkan. Kebutuhan akan produk halal, tidak hanya di negara Arab atau dengan penduduk muslim mayoritas semata, namun seolah sudah menjadi gaya hidup dan kebutuhan masyarakat dunia.

3. Industri Halal Diminati Berbagai Negara

Konsumen produk/jasa industri halal sekarang ini sudah bervariasi. Industri halal memiliki konsumen secara global, tidak hanya di Asia dan Timur Tengah, tetapi juga di Eropa. Misalnya, Rusia yang penduduknya bukan mayoritas umat Muslim, bahkan menempati posisi ke 9 negara makanan halal di dunia dengan capaian $37 milyar pada tahun 2015 [4]. 

Di Norway, Halal Tour banyak diminati, tur halal di dalamnya sudah termasuk dengan hotel halal dan makanan halal selama perjalanan. Alasan banyak negara yang mulai menggunakan produk/jasa halal adalah karena terjamin keamanan, kebersihan, dan kualitas pada keseluruhan rantai produksi atau proses pemenuhan jasa tersebut.

4. Jenis Industri Halal yang Dapat Dikembangkan Bervariasi

Banyaknya jumlah penduduk serta meningkatnya pendapatan masyarakat Muslim menyebabkan tingginya akan variasi dari produk halal. Indsutri halal sekarang ini tidak hanya dalam bentuk makanan halal, namun dalam bentuk-bentuk yang lain dan sama-sama sedang mengalami peningkatan, yaitu seperti e-commerce, travel, finance, fashion, kosmetik, obat-obatan, media, healthcare, dan pendidikan. 

Sektor makanan dam minuman merupakan sektor yang paling umum dalam industri halal. Sektor makanan dan minuman ini memiliki potensi yang besar dalam industri halal. Masyarakat saat ini semakin peduli dengan kehalalan makanan dan minuman yang mereka beli.  

Saat ini sektor yang semakin berkembang yaitu pada sector fashion Muslim. Fashion Muslim Indonesia semakin terkenal dengan banyak bermunculannya produk fashion muslim seperti fahion hijab dari desainer-desainer muda seperti Dian Pelangi dan Zaskia Sungkar.

Industri halal juga masuk dalam dunia teknologi, seperti aplikasi smartphone yang saat ini dapat menyediakan fitur untuk menunjukkan arah kiblat. Selain itu banyak juga aplikasi yang menyediakan fitur-fitur islami seperti Al-Quran digital dengan terjemahannya, jadwal sholat, dan doa sehari-hari.

Industri kosmetik saat ini juga sudah mulai menggunakan label halal untuk produknya. Dengan adanya sertifikat halal, para konsumen Muslim tidak ragu saat menggunakan kosmetik tersebut. Industri halal juga merambah ke sektor pariwisata. Indonesia memiliki banyak tujuan destinasi wisata. 

Dengan adanya pengelolaan pariwisata di Indonesia menjadi destinasi halal tourism, maka akan semakin banyak mengundang minat wisatawan dunia berkunjung ke Indonesia. 

Global Muslim Travel Index (GMTI) pada tahun 2019 baru saja menobatkan Indonesia menjadi destinasi wisata halal terbaik dunia [5]. Hal ini merupakan pencapaian yag besar bagi Indonesia dan menjadi peluang besar bagi industri halal di Indonesia semakin menjadi industri yang menjanjikan.

Hal Mendasar untuk Pemenuhan Industri Halal

Tahap paling mendasar yang wajib dilakukan yaitu memenuhi standar halal pada tiap badan usaha beserta produk/jasanya, baik itu usaha mikro, kecil, menengah, maupun besar. Karena hal tersebut merupakan syarat utama agar mampu bersaing di Industri Halal dunia. 

Jumlah usaha mikro kecil dan menengah yang mencapai 57 juta yang sudah memiliki jumlah sertifikasi halal jumlahnya masih sangat sedikit, diusahakan pemerintah memaksimalkan sertifikasi halal untuk para praktisi unit usaha guna meningkatkan pendapatan industri halal di Indonesia. Selain itu, pemerintah dapat melakukan pengawasan, mengembangkan riset dan kajian yang mendukung industri halal, dan menetapkan sanksi hukum kepada pihak yang melanggar.

Memaksimalkan Potensi Industri Halal

Industri halal banyak jenisnya, Indonesia dapat berfokus dalam beberapa jenis industri halal tersebut. Beragamnya jenis industri halal, dapat memberikan peluang lebih untuk industri halal Indonesia bergerak di kancah internasional, sehingga akan meningkatkan pendapatan negara.

Dalam pengembangkan diperlukan inovasi-inovasi terbarukan di industri halal yang dapat meningkatkan minat dan kesadaran masyarakat terhadap industri halal. Inovasi-inovasi tersebut harus diikuti dengan industri halal yang berkelanjutan (sustainabillity). Industri halal yang berkelanjutan mengintegrasikan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

 Maka dari itu industri halal juga harus dapat bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial.  Dengan adanya inovasi dan aspek keberlanjutan, dapat meningkatkan daya saing industri halal sehingga dapat menjawab berbagai tantangan.

Penekanan dalam inovasi serta aspek berkelanjutan dalam industri halal memang dibutuhkan, tetapi diperlukan juga upaya untuk mengintegrasikan antara masyarakat, pemerintah, dan praktisi agar dapat menghasilkan kebijakan yang konkret yang dapat diimplementasikan dalam penerapan industri halal sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang ada. Tidak hanya itu, otoritas agama dari beberapa negara juga dapat bekerja sama untuk menetapkan standar Halal global yang akan memastikan industri halal yang lebih berkelanjutan di masa depan. Melalui upaya-upaya tersebut dapat menjawab tantangan internal yang dialami oleh Indonesia.

Membahas industri halal dari perspektif ekonomi. Industri halal di Indonesia masih terbilang belum terlalu besar, namun dengan seiring waktu, bisnis ini akan terus berkembang membesar. 

Mengingat di era Industri 4.0, media online dapat mempengaruhi kepedulian masyarakat terhadap keberadaan produk halal dan bisnis halal. Pesatnya pengaruh media online, masyarakat diharapkan bias lebih mengenal komposisi produk yang digunakannya sehingga dapat membedakan produk halal/non-halal. Bantuan media online dapat terus meningkatkan peluang dan memenuhi tantangan sehingga meningkatkan daya saing industri halal.

Indonesia sudah sepatutnya mulai berfokus pada industri halal dari potensi yang ada. Halal menjadi bentuk keharusan bagi umat muslim untuk melaksanakannya, karena halal sebagai bentuk Syariah Islam. Diharapkan Indonesia menjadi "negara teladan" dalam industri halal, serta mendapatkan kepercayaan dunia internasional terkait sertifikasi halal. Jangan sampai, Indonesia hanya menjadi sasaran potensi dari negara lain untuk mengekspor produksi halal.

Referensi:

[1]     Global Islamic Economy Report 2017/2018, 9 April 2019. [Online]. Tersedia pada:slideshare.net/EzzedineGHLAMALLAH/state-of-the-global-islamic-economy-20172018.

[2]     Top 15 Countries In Global Islamic Economy,10 April 2019. [Online]. Tersedia pada: seasia.co/2018/03/06/TOP-15-COUNTRIES-IN-GLOBAL-ISLAMIC-ECONOMY.

[3]     Ini Penyebab Pesatnya Laju Pertumbuhan Umat Islam di Dunia, 10 April 2019. [Online]. Tersedia pada: khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/10/09/oxjo2q313-ini-penyebab-pesatnya-laju-pertumbuhan-umat-islam-di-dunia.

[4]     State of The Global Islamic Economy, 2016/2017, diakses 10 April 2019. [Online]. Tersedia pada: slideshare.net/EzzedineGHLAMALLAH/state-of-the-global-islamic-economy-report-201617.

[5]     L. Hasibuan, Selamat, Indonesia Jadi Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia!, 9 April 2019. [Online]. Tersedia pada: cnbcindonesia.com/lifestyle/20190409174407-33-65545/selamat-indonesia-jadi-destinasi-wisata-halal-terbaik-dunia.

Harususilo, Y.E. 2019. Kuliah Umum ITB: Mengembangkan Industri Halal. Tersedia dalam edukasi.kompas.com/read/2019/03/20/13422791/kuliah-umum-itb-mengembangkan-industri-halal-di-indonesia, 11 April 2019.

Yolanda, Friska dan Idealisa M. 2019. Digitalisasi Dorong Percepatan Industri Halal. Tersedia dalam republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/pqlflb370/digitalisasi-dorong-percepatan-industri-halal,10 April 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun