Mohon tunggu...
Widya Mitha Sari
Widya Mitha Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Univeritas Andalas

Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Andalas, fokus pada studi komunikasi publik dan suka menulis tentang literasi, komunikasi efektif serta topik- topik dalam informasi publik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revitalisasi Komunikasi Pembangunan : Mengangkat Pariwisata Danau Maninjau Dari Tidur Panjang

23 April 2025   20:54 Diperbarui: 23 April 2025   20:54 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. View Danau Maninjau yang diambil saat hari kedua Lebaran di 2 April 2025

Pariwisata melibatkan lebih dari sekadar pemandangan yang indah; ini berkaitan dengan cara menyampaikan cerita, membangun partisipasi, dan mengemas identitas lokal menjadi pengalaman yang autentik. Inilah saatnya komunikasi pembangunan memainkan peran penting.

Sayangnya, Danau Maninjau, salah satu keindahan alam di Sumatera Barat, belum dapat bersinar secerah Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara atau Alahan Panjang di Solok. Meskipun demikian, dari sisi pesona dan nilai budaya, Maninjau memiliki daya tarik yang sama.

Menurut laporan yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat pada tahun 2023, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Danau Maninjau mengalami kenaikan sebesar 12,5% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Meskipun demikian, pertumbuhan ini ternyata tidak sejalan dengan peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar danau tersebut.

Angka ini menggambarkan adanya perbedaan antara potensi pariwisata dan dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh masyarakat.

Hambatan dalam komunikasi pembangunan di Maninjau sangat beragam. Pertama, kurangnya narasi yang kuat untuk menonjolkan identitas Maninjau sebagai tujuan wisata yang istimewa. Sementara Danau Toba telah dibingkai sebagai "The Spirit of Batak" dengan atraksi budaya yang kuat dan fasilitas wisata air seperti jet ski dan perahu cepat, dan Alahan Panjang menawarkan suasana Eropa tropis lengkap dengan ladang teh, udara dingin, serta danau yang mulai dimanfaatkan untuk wisata air, Danau Maninjau masih terpaku pada narasi lama: danau yang tenang, legenda Buya Hamka, dan kelok 44. Padahal, narasi adalah elemen krusial dalam komunikasi pembangunan---ia menjadi fondasi dari promosi destinasi dan partisipasi masyarakat. Tanpa narasi baru yang relevan dengan tren wisata masa kini, Maninjau akan terus tertinggal dari destinasi lain yang sudah lebih dahulu memperkuat identitasnya secara kreatif dan strategis.

Gambar 2. View Danau Maninjau yang diambil saat hari kedua Lebaran di 2 April 2025
Gambar 2. View Danau Maninjau yang diambil saat hari kedua Lebaran di 2 April 2025

Selain itu, infrastruktur digital yang kurang memadai menjadi masalah. Di zaman serba digital ini, pemasaran pariwisata sangat tergantung pada keterlihatan di platform media sosial. Sayangnya, banyak daerah di sekitar Maninjau yang masih memiliki akses internet cepat yang rendah. Situasi ini menghalangi kemampuan masyarakat untuk mempromosikan potensi wisata mereka.

Ketiga, partisipasi dari masyarakat masih tergolong rendah. Dalam komunikasi pembangunan, masyarakat seharusnya diakui sebagai subjek yang terlibat dalam proses tersebut, bukan sekedar objek semata. Namun kenyataannya, seringkali mereka tidak dilibatkan dalam perencanaan acara dan berbagai inisiatif lainnya.

Sebagai perbandingan, Danau Toba telah menunjukkan kemajuan yang signifikan berkat pendekatan pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat dan narasi yang menyatu. Kementerian Pariwisata melaporkan bahwa sejak tahun 2020 hingga 2023, durasi kunjungan wisatawan di area Toba mengalami peningkatan.

Peristiwa ini bukanlah kebetulan, tetapi hasil dari strategi komunikasi yang terencana. Strategi tersebut melibatkan komunitas, media lokal, dan upaya promosi digital yang intensif.

Maninjau juga memerlukan perhatian. Strategi untuk menghidupkan kembali komunikasi pembangunan harus dimulai dengan menciptakan identitas destinasi yang jelas. Contohnya, kita dapat menjadikan Maninjau sebagai pusat "pariwisata ekokultural" dengan menyertakan cerita-cerita lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun