Mohon tunggu...
Widya Asthari
Widya Asthari Mohon Tunggu... -

ASBI

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cokelat Pemberi Peringatan

17 November 2015   21:16 Diperbarui: 17 November 2015   21:20 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Apa yang kita nilai baik tidak akan selamanya baik, sampai kita menemukan sisi lain dari hal baik itu, barulah kita bisa melakukan hal yang baik dengan benar.”

Biasanya orang yang tidak menyukai cokelat akan memakannya saat bersama pacar, atau orang yang menyukai cokelat memakannya saat mengalami masa-masa kelam, dan bahagia saja, maka disitulah cokelat akan memiliki arti dan cita rasa tersendiri bagi para penikmatnya. Tapi tidak untuk saya, saya tidak akan pernah rela melepaskan satu momen pun untuk tidak menikmati enaknya cokelat, sedih ataupun senang tidak akan menjadi parameter saya untuk memakan cokelat. Well, inilah yang terjadi kepada saya sang pencinta cokelat.

Saat SMP, saya bersekolah di SMPIT (Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu), sekolah ini menerapkan sistem pembelajaran dan peraturan yang berbasis syariat Islam. Sekolah melarang siswa siswinya keluar tanpa menyetor satu hafalan surah pun. meskipun keluar hanya untuk membeli keperluan sehari-hari. Pulang sekolah sekitar jam 14:35, kemudian saya harus mengikuti kegiatan club pilihan (club yang kita pilih sesuai keinginan) sekitar sejam, lalu lanjut lagi mengikuti club wajib seperti pramuka dan bakti sosial kebeberapa panti, sesuai jam yang sudah ditentukan. Setelahnya saya harus mengikuti kegiatan ibadah bersama, ibadah bersama biasanya diisi dengan kegiatan islami seperti mendengarkan ceramah dari ustdzah dan kemudian mengaji bersama sampai adzan maghrib berkumandang lalu sholat berjamaah. Subhanaallah ya...

Begitu banyak kegiatan yang saya miliki sering sekali tidak mempunyai hari libur selama satu minggu, belum lagi tugas-tugas dan hafalan yang masih perlu di beri perhatian khusus. Nah loh gimana gak setres, inilah yang kemudian membuat saya menjadi stres dan cepat merasakan penat, namun saya juga memiliki cara untuk mengatasi hal tersebut, seperti temanya, saya pun memilih cokelat sebagai obat penghilang stres dan dapat sedikit melupakan kegiatan saya yang padat.

Selain itu coklat juga memiliki beberapa manfaat loh seperti meningkatkan sirkulasi darah, obat anti depresi, proteksi sinar matahari, dan dapat menurunkan produksi insulin. Proteksi terhadap sinar matahari ini telah dilakukan penelitian oleh peneliti London mengenai kandungan flavanol. Pengujian dilakukan selama 3 bulan dengan mengkonsumsi cokelat, yakni mengembangkan bahwa efek memerah yang menunjukkan awal luka bakar. Namun coklat yang rendah flavanol tidak mendapatkan perlindungan matahari yang sama.

Para peneliti di Italia juga telah melakukan penelitian, terhadap 15 orang untuk mengkonsumsi 3 ons cokelat hitam atau cokelat putih dalam jumlah yang sama, yang tidak mengandung phytochemical flavonoid selama 15 hari. Kemudian penelitian ini menunjukkan hasil, bahwa resistensi insulin (faktor risiko untuk diabetes) secara signifikan menurun pada mereka yang makan cokelat hitam.

So, itulah alasan kenapa saya memilih cokelat sebagi salah satu cara menghilangkan rasa penat dan juga stres. Saat itu saya sangat bergantung pada cokelat, jika saya tidak makan cokelat sehari, maka hari saya bisa saja tidak berjalan seperti biasa. Yailah lebay banget haha...

Dalam sehari saya bisa menghabiskan 3-5 batang cokelat. Silverqueen, Cadburry atau pun cokelat hitam sering menjadi pilihan saya dalam memilih cokelat, tapi kalau uangnya tidak cukup ya saya biasanya beli yang murah-murah saja. Ketergantungan ini telah mengumpulkan setidaknya 134 cokelat batang selama setahun. Sehingga pada tanggal 22 mei 2012 saya dibawa ke rumah sakit. Saat itu saya tidak bisa memikirkan apa-apa lagi selain rasa sakit yang saya miliki, tubuh saya lemas, perut saya sakit sekali dan semuanya masih tergambar jelas di pikiran saya.

Nak-nak lah umi omongi dari dulu, jangan makan cokelat banyak-banyak, maseh be dak galak nak denger, itulah akibatnyo yo, sekarang menlah cak ini, cak mano kau nak sekolah nak-nak, ya Allah.” Kurang lebih begitulah umi saya ketika cemas dengan bahasa Palembangnya.

Saya kasih terjemahannya deh, (Nak-nak sudah umi bilangi dari dulu, jangan makan cokelat banyak-banyak, masih saja tidak mau dengar, itulah akibatnya ya, sekarang kalau sudah seperti ini, bagaimana kamu mau sekolah nak-nak, ya Allah).

Dokter bilang cokelat yang saya makan terlalu banyak, sehingga membuat tubuh tidak bisa mencerna dengan baik, dan kebanyakan coklat mengandung laktosa, gula yang ditemukan dalam susu. Intoleransi laktosa atau juga dikenal sebagai defisiensi laktase, yang dapat menyebabkan sakit perut. selain itu gigi saya pun menjadi sedikit rusak, akibat mengkonsumi coklat terlalu banyak, hingga sekarang saya selalu kesal ketika saya berdiri di depan cermin dan memperhatikan gigi saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun