Mohon tunggu...
Wids
Wids Mohon Tunggu... Freelancer - so simple

kepribadian yang sehat tergantung pola pikir yang positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hak Kesenangan Pribadi

22 Oktober 2021   06:59 Diperbarui: 22 Oktober 2021   07:11 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

    Sejak aku menyadari tentang segala perkembangan kehidupan di sekitarku, aku mulai banyak mengetahui realita-realita dalam kehidupan. Aku berhenti lama untuk memperhatikan. Realita-realita itu telah menemani diriku sepanjang kehidupanku sejak dari kecil sampai sekarang . Bahkan, aku sampai berkeyakinan bahwa realita-realita itu tidak mungkin dapat aku pisahkan.

    Aku tau, ibu memang memiliki kepribadian yang sangat kuat dan keras. Dia yang mengatur segala urusan rumah kami. Sementara ayah, dia tidak berdaya dan tidak mempunyai kuasa. Dia hanya bisa berteriak dengan suara keras, atau terkadang melempar beberapa barang peralatan rumah tangga. Kondisi seperti ini berjalan dari waktu ke waktu, seolah sebagai penolakan ayah atas segala persoalan yang terjadi di dalam rumah. Terkadang semua itu sudah menjadi hal biasa, saat rasa penderitaan berat ayah yang sudah tidak mungkin dapat di tahannya.

   Tidak di ragukan lagi, hanya Rahmat Allah  Subhanahu Wa Ta'ala yang memberikan perilaku khusus padaku,sehingga aku dapat menghadapi kehidupan dalam sebuah rumah tangga seperti ini.

   Aku perhatikan, diriku telah melakukan perilaku yang aneh, seolah bukan atas kehendakku sendiri dan bukan rekayasaku. Dalam perilaku itu, aku berusaha untuk mereda segala perlawanan yang terjadi baik dari pihak ayah maupun ibu. Aku juga berusaha menjauhi segala perbuatan yang dapat membuat mereka marah. Sehingga akupun tumbuh sebagai anak yang pendiam. Hingga ketika menginjak dewasa, menjadi gadis yang lembut yang tidak pernah berteriak dengan suara keras dalam rumah. Bahkan aku bercakap-cakap separti orang yang sedang berbisik. 

   Pada suatu waktu aku terkadang merasa bahagia dengan sanjungan seperti itu. Akan tetapi, pada waktu yang lain terkadang aku inginberterus terang kepada meraka, bahwa aku harus membayar dengan harga yang sangat mahal sekali, tidak sebanding dengan nilai seperjuangan itu. Aku harus berkoran untuk tidak mendapatkan segala kesenangan pribadi yang semestinya aku dapatkan hanya demi untuk menebus segala kondisi yang aku jalani. Bahkan, aku sampai tidak dapat merasakan belajar dengan tenang. Sebagaimana aku juga harus menghindari perselisihan dengan saudara-saudaraku. Apabila salah seorang dari mereka yang mencoba memprovokasikan untuk bertengkar, aku berusaha menahan diri. aku tidak membalas satu perbuatannya dengan dua kali lipat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun