Mohon tunggu...
Widoko
Widoko Mohon Tunggu... Guru - Menyukai semua hal yang inspiratif

Pernah menimba ilmu di Yangzhou University, China

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Tragisnya Nasib Indonesia di All England 2021, Mari Belajar dari Djokovic

19 Maret 2021   03:50 Diperbarui: 19 Maret 2021   04:18 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wakil Indonesia di All England (Sumber: cnnindonesia.com)

Dunia Bulutangkis Indonesia dalam ujian. Kontingen Indonesia harus mengakhiri turnamen akbar All England 2021 dengan cara yang sangat menyesakkan. Marcus Gideon dkk dipaksa mengakhiri perjalanan dari turnamen yang diselenggarakan di negeri Ratu Elizabeth atas kesalahan yang tidak pernah mereka lakukan: berada pada satu pesawat dengan penumpang yang terkena Covid-19.

Penampilan hebat Marcus Gideon/Kevin Sanjaya, Jontahan Christie dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang membabat lawan-lawannya di awal turnamen menjadi sia-sia. National Health Service (NHS) Inggris mengharuskan tim Indonesia untuk isolasi selama 10 hari.

Keputusan NHS tersebut tentu saja menimbulkan kekecewaan. Secara sebelumnya sebetulnya pemain Indonesia sudah melakukan PCR dan hasilnya negatif. Ketika sampai di Inggris pun dilakukan tes PCR dan hasilnya juga negatif. Ditambah lagi mereka juga telah menerima vaksin sebelum bertolak ke All England.

Rasa sedih, marah, kecewa memang layak untuk diungkapkan. Apalagi dari sisi pemain yang telah melakukan persiapan dan tampil meyakinkan di awal turnamen. Panitia dan penyelenggara turnamen juga layak untuk dipertanyakan. Tetapi hidup harus terus berjalan. Kembali bangkit untuk menatap turnamen ke depan harus dilakukan.

Peristiwa diskualifikasi saat turnamen sedang berlangsung sebelumnya juga pernah menimpa pada olah raga raket yang lain di lapangan tenis. Saat berlaga di turnamen Grand Slam US Open 2020, petenis nomor satu dunia Novak Djokovic didiskualifikasi karena tidak sengaja mengenai hakim garis saat menyapu bola karena frustasi. Sang hakim garis wanita yang terkena bola langsung terjatuh dan Djokovic pun langsung menolongnya.

Atas kejadian itu Djokovic pun harus menerima keputusan pahit: didiskualifikasi dari US Open. Tidak hanya itu, nilainya pada turnamen itu dihapus serta harus membayar denda senilai hadiah yang ia dapatkan pada turnamen tersebut.

Di depaknya Djokovic pada saat itu tentu menimbulkan kekecewaan yang besar bagi dirinya. Pada saat itu ia adalah unggulan pertama dalam turnamen dan sedang dalam mengejar rekor Grand Slam yang tertinggal tiga piala dari pemegang rekor dunia, Roger Federer. Mantan pelatihnya, Boris Becker, menyebut bahwa mungkin saat itu adalah momen tersulit dalam seluruh kehidupan profesionalnya.

Tetapi setelah itu Djokovic bisa bangkit pada Grand Slam berikutnya. Pada gelaran Australia Open 2021 ia membuktikan diri dengan menjadi kampiun. Raihan trophi Grand Slamnya pun kini menjadi 18 dan hanya tertinggal dua biji dari Federer. Dengan umurnya saat ini dan posisinya sebagai petenis nomor satu dunia, bukan tidak mungkin raihan Federer itu akan dilampauinya dalam waktu-waktu ke depan.

Kuatkan dirimu Indonesia. Jika All England memang harus lepas dari genggaman, mari kita buktikan pada dunia di turnamen selanjutnya di waktu yang akan datang...I]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun