Tetapi dibalik banyak kemudahan itu ada suatu hal yang meresahkan, yakni kemungkinan ancaman rusaknya Bahasa Indonesia dengan adanya aplikasi perpesanan yang begitu hebat ini. Sebetulnya bukan salah WA, tapi para penggunanya sendiri.
Banyak kesalahan berbahasa yang sering kali dibuat oleh pengguna WA saat menulis pesan. Dan saat ini kesalahan berbahasa itu begitu parah dan meluas serta mungkin juga sudah dianggap hal yang biasa bagi para pengguna. Kesalahan berbahasa yang muncul bukan hanya pada group-group informal, tetapi juga pada group-group yang bersifat formal.
Kesalahan menulis di WA pertama yang sering penulis jumpai adalah penggunaan huruf kapital dan huruf kecil. Bahkan untuk penulisan nama sekalipun.
"Alhamdulillah mobil Stada Triton sudah berubah total. Terimakasih banyak pak hery,"
Begitu tulis seorang teman penulis di group resmi lembaga pemerintah beberapa saat lalu. Padahal Pak Hery yang ditulis dengan huruf kecil tersebut adalah pimpinan lembaga kami.
Setelah penempatan huruf kapital dan huruf kecil yang begitu parah, kesalahan selanjutnya adalah pemakaian singkatan yang bisa dibilang semena-mena.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..., mboten wonten instruksi bp,"
Demikian tulis seorang pegawai cabang dinas pemerintah kepada pimpinan kami. Singkatan 'bp' pada kata terakhir yang dimaksud adalah sapaan 'Bapak'.
Kesalahan parah selanjutnya adalah penempatan tanda baca yang juga hancur lebur. Membuat yang membaca kadang geregetan.
"Tersebut Daftar Hadir yg sdh direvisi... mhn bantuan utk lembaga yg ketempatan mencetak Rangkap 3,
Daftar Hadir tsbt, Â dikembalikan lagi ke Cabdin besuk : Hari Rabu, 14 Oktober 2020, jam kerja