Mohon tunggu...
Widoko
Widoko Mohon Tunggu... Guru - Menyukai semua hal yang inspiratif

Pernah menimba ilmu di Yangzhou University, China

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gatot-Anies For 2024, Dahsyat?

6 Oktober 2020   08:51 Diperbarui: 6 Oktober 2020   08:53 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gatot Nurmantyo - Anies Baswedan (Sumber: rilis.id)

Kabinet Indonesia Maju yang disusun Presiden Jokowi pada awal pemerintahannya Oktober 2019 silam memang banyak kejutan. Salah satu kejutan besarnya adalah tampilnya Sang Rival berat pada Pilpres 2019 Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan.

Keputusan berani Presiden Jokowi ini banyak yang memuji karena bisa menyatukan masyarakat yang terbelah saat Pilpres 2019. Tetapi di satu sisi juga ada kelemahannya: hilangnya figur dan oposisi yang benar-benar kuat sebagai penyeimbang. 

Otomatis saat ini hanya PKS dan Demokrat saja yang menjadi partai oposisi di luar pemerintahan. Karena perpolitikan Indonesia sangat kental dengan figur, tidak adanya figur kuat pada dua partai itu dan suara yang juga kalah dominan dengan PDIP dan Gerindra yang saat ini berada pada sisi pemerintah, maka oposisi yang benar-benar menggigit seperti lesu darah. 

Harus diakui, di Partai Demokrat memang ada Mantan Presiden Dua Periode Susilo Bambang Yudhoyono, tetapi untuk bertarung dalam level partai sepertinya sudah tidak pada saatnya. Selama ini yang mengisi figur yang sering ber-image oposisi dengan pemerintah adalah Anies Baswedan. Tetapi Anies juga tidak bisa dibilang oposisi 100 persen, secara dia adalah pemerintah daerah yang dalam banyak hal harus selaras dengan pusat.

Orang bilang alam selalu menemukan jalannya. Dan demikianlah, di tengah hilangnya figur oposisi tersebut munculah tokoh sebagai simbul penyeimbang, atau lebih angkernya perlawanan. Dialah Sang Mantan Jenderal Republik ini: Gatot Nurmantyo. Sang Mantan Panglima TNI menggagas sebuah organisasi di masyarakat dengan nama Gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Memang Jenderal Gatot Nurmantyo menyebutkan bahwa KAMI bukanlah gerakan politik. Menurut Sang Presidium KAMI itu, KAMI adalah gerakan moral. KAMI tidak akan menjadi partai politik. Jika KAMI menjadi partai politik, Gatot Nurmantyo berjanji akan keluar.

Tetapi meski demikian, singgungan KAMI dengan isu yang berkembang pada pemerintahan sangat kental. Bahkan dilansir Sindonews.com, 04 Oktober 2020, Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, mengungkapkan bahwa akan dahsyat jika Gatot Nurmantyo disandingkan dengan Anies Baswedan sebagai simbol perlawanan terhadap rezim saat ini. 

Akhirnya mau tidak mau, suka tidak suka, nama Gatot Nurmantyo pun dihubung-hubungkan dengan Pilpres 2024. Dilansir Kompas.com, 01 Oktober 2020, Sang Mantan Jenderal sendiri pun mengakui yakin ada ulama yang mendoakannya menjadi presiden, juga mendoakannya menyelamatkan bangsa ini.

Nah lalu jika akhirnya Gatot Nurmantyo masuk bursa Capres 2024, bakal seberapa dahsyat?

Kembali lagi bahwa di Indonesia sangat lekat dengan figur. Secara figur Gatot Nurmantyo boleh dibilang sosok yang pilih tanding. Posisinya sebagai  Mantan Jenderal dan Panglima TNI bukanlah sesuatu yang sembarangan. Di samping itu asal-usul suku yang dari Jawa juga merupakan nilai plus yang berpotensi banyak suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun