Mohon tunggu...
Slamet Widodo
Slamet Widodo Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro

Menulis itu Mencerdaskan. Jika Anda ingin cerdas, menulislah! Tidak percaya? Cobalah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Miskin Tak Berhak Sukses (7)

26 Maret 2018   15:22 Diperbarui: 26 Maret 2018   15:26 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Masuk pertama)

Oleh: Slamet Widodo *)

"Lho, Le kok sudah pulang?" tanya emak penuh selidik. Sekitar pukul sembilan pagi aku tiba di rumah lagi. Sebab, tadi sesampainya kami di MTs, kami mendapat informasi dari bapak-bapak, bahwa siswa baru masuk siang. Maka kami langsung pulang.

Aku ceritakan semua apa yang ku alami kepada emak. Aku lihat wajah emak, sepertinya merasa sangat iba kepadaku. Sebab, nanti siang aku harus balik lagi ngontel berangkat ke sekolah. Menempuh jarak empat kilo meter. Dengan jalan yang kondisinya penuh kenangan.

"Ya, sudah tidak apa-apa. Anak laki-laki harus kuat. Tidak boleh lemah. Silahkan mandi. Ganti baju. Dan Makan," kata emak.

"Iya, mak. Aku mandi nanti saja. Kalau sudah mau berangkat sekolah," jawabku.

Aku pamit kepada emak dan mbah dok, untuk dolan sebentar. Aku ingin bertemu dengan teman-teman (kakak kelas) dan menyampaikan niatku, untuk berangkat sekolah bareng.

Pukul sebelas, aku sudah siap-siap mandi. Makan dan ganti baju seragam kebesaranku. Tak lupa, sepatu bebek sudah melekat di kedua kakiku. Aku lap pakai kain dan minyak goreng yang ku ambil dari dapur. Biar kinclong.

Semua perlengkapan buku dan alat tulis sudah ku masukkan ke dalam tas sejak semalam. Oh, iya. Satu lagi, kata Zayin, aku disuruh bawa sarung. Sarung itu dibuat shalat Dzuhur dan Ashar. Karena kami memakai seragam celana pendek.

Iya, aku bawa sarung batik didominasi warna kuning dengan corak burung dengan ekor panjang. Sarung itu hadiah dari bapak, sewaktu aku sunat. Itu sarung kenangan buatku. Sebab, waktu aku merasakan betapa sakitanya disunat dan menikmati hari-hari masa setelah sunat sampai sembuh, ditemani sarung itu. Baunya khas. Bahkan, sampai sekarang pun, seolah baunya masih ada.

Pukul setengah dua belas aku berangkat bersama Sri dan teman-teman, Zayin dan Is. Mereka adalah adalah kakak kelasku. Kami naik ontel bareng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun