Mohon tunggu...
Slamet Widodo
Slamet Widodo Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro

Menulis itu Mencerdaskan. Jika Anda ingin cerdas, menulislah! Tidak percaya? Cobalah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Miskin Tak Berhak Sukses (2)

22 Maret 2018   17:05 Diperbarui: 22 Maret 2018   17:27 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di saat aku, bapak, emak dan mbah dok sedang diskusi di ruang bale (ruang tamu), di saat itu pula kakakku asyik dengan dunianya sendiri. Ia duduk jongkok dengan tumpuan dua kaki (ongkong-ongkong) di ruang dapur. Ia suka menyendiri. Karena kebiasaannya itu, sampai-sampai paha dan betisnya kempis. Kakinya kecil. Yang terlihat hanya tulang dibalut kulit. Badannya kurus. Kulitnya putih bersih lantaran jarang sekali keluar rumah. Meski begitu, ia masih tetap bisa berjalan. Hanya saja, di saat berjalan, baru menempuh jarak sekitar seratus meter, nafasnya sudah mengkis-mengkis.

Setiap hari yang ia lakukan hanyalah duduk ongkong-ongkong. Ia jarang sekali duduk di atas kursi ataupun bayang. Hal itu dilkukannya hingga bertahun-tahun. Bahkan di saat sakit parah dan menjelang wafatnya pun, tetap memilih duduk di tanah. Tidak mau berbaring di bayang.

Kondisi seperti itulah yang membuat orang tuaku sedih. Sebab, memiliki dua anak laki-laki, tetapi anak pertamanya tumbuh dengan kondisi kurang sempurna. Sakit-sakitan. Kata emak, kakak sejak kecil, kemampuan berjalannya terlambat. Ketika usianya sudah belasan tahun, baru bisa jalan. Setiap hari minta gendong. Setelah memiliki adik (aku) baru ia mau duduk dan jalan sendiri. Tidak minta gendong lagi.

Sebagai orang tua, tentu tidak menginginkan anak kesayangannya tumbuh kurang sempurna. Namun, itulah takdir. Apapun kondisinya, orang tua akan tetap menerima dan menyayagi anak-anaknya. Bagi orang tua, anak adalah amanah atau titipan dari Allah Swt. yang harus dijaga dan dirawat dengan penuh kasih sayang. Sebagai wujud ibadah kepada Sang Pemilik segalanya. Begitulah kasih sayang orang tua terhadap anaknya, tidak terbatas. Apapun dan bagaimanapun kondisi anak, bagi orang tua, di dunia ini hanyalah anaknya yang paling baik, cantik, cakep dan sempurna.

Meski kondisi fisik kakakku lemah dan kurang sempurna, namun kondisi psikisnya (hati dan pikirannya) normal. Ia juga memiliki keinginan yang sama seperti diriku.

Pernah, suatu ketika kakakku bilang kepada emak. Ia mengutarakan keinginannya sekolah seperti diriku. Waktu itu, kebetulan kami sedang bermain-main di rumah.

Meski rumahku sangat-sangat sederhana. Namun, aku sangat betah dan kerasan tinggal di rumah itu. Rumahku hanya satu empyak. Disekat menjadi lima ruangan. Tiga kamar tidur, satu ruang tamu (bale) dan satu lagi ruang pawon (dapur) yang berbagi tempat dengan kandang kambing dan ayam. Skatnya berupa sesek digapit dengan bambu tipis. Dindingnya gedek (anyaman bambu). Bolong-bolong. Isis. Jadi tidak perlu pakai kipas angina apalagi AC. Cukup AB (angin brobos) saja. Lantainya tanah. Jika musim kemarau berdebu dan jika musim hujan becek. Atapnya genting. Banyak yang bocor. Ketika musim hujan, berada di dalam serasa di luar rumah. Seperti terkena gerimis.  

Di sela-sela bermain itu, kakakku bertanya kepada emak yang waktu itu menemani kami.

"Mak, adik bisa sekolah, kenapa aku kok tidak disekolahkan. Aku juga ingin sekolah seperti adek," katanya memelas.

Mendengar pertanyaan kakak, saya lihat wajah emak, mata emak berkaca-kaca. Tidak sepatah katapun terucap. Mulutnya terkunci. Emak berusaha menyembunyikan kesedihannya. Namun, aku masih bisa melihat raut kesedihan di wajah emak.

Sambil sibuk membersihkan air matanya, emak menjawab pertanyaan kakak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun