"Apakah Bang Jack akan berubah menjadi pangeran kodok?"
Sedang Engkong senyum sumringah, masakan Berta habis tak bersisa
Setelah habis melahap kodok, Bang Jack minta punggungnya dikerok. Keenakan, iapun langsung tidur ngorok.
Harus diakui, cuma di gang sapi Bang Jack bisa begini. Saat ngorok ia bermimpi pipinya dielus-elus Vinny. Eh, kemana Rudolfo?
Siti dan teman-temannya gelisah melihat Bang Jack tertidur pulas. Khawatir nanti Engkong kapok mengadakan hajatan. Diam-diam dia memetik tomat di samping rumah Engkong, dan melemparkan ke arah Bang Jack.
Tapi apa yang terjadi, lemparan Siti meleset dan mengenai Engkong yang beberes perkakas hajatan. "Oh tomat, tega nian!" Siti memekik lirih sambil menutup mulut dengan kedua tangannya, kalut.
****
Gang Sapi, menjelang sore, semakin gaduh, oleh hingar bingar cerita nostalgia kopi pahit, para sahabat Engkong Felix.
Cerita tentang kopi pahit masa lalu, dan terasa manis saat ini.
Di tengah kegaduhan nostalgia kopi pahit di Gang Sapi itu, tetiba aku rindu masa laluku sendiri.
Aku pun tak menahu mengapa tiba-tiba kurasakan, asap rindu merawat sendu di secangkir kopi yang seseorang pernah seduhkan untukku. Dulu.
Aku ingin pulang, ke rumah masa lalu, saat di tepi telaga, seseorang menyeduh kopi dari dalam rumah, yang teduh di bawah pohon rindang di tepi telaga.
Seperti Bertha kepada Felix, mungkin malam itu kau masih menyisakan sedikit waktu. Menguliti masa lalu yang masih termangu di depan pintu.
Berlagu seperti lenguh sapi jantan ompong berderai perih, ketika Engkong memerah susu.