"Do explain, please?" Aku mulai sengit.
"Semuanya sudah diperhitungkan oleh keluarga besarku dan keluarga besarnya. Hitungannyapun rumit, perpaduan tanggal lahirku, tanggal lahir dia, garis keturunan, silsilah keluarga. Bibit, bebet, bobot!"
"Aku gak mau denger rumit! Aku cuma pengen tahu, kamu cinta gak sama cewek itu?
" Semakin tinggi jabatan seorang lelaki, semakin tinggi uang mahar yang diberikan oleh pihak perempuan!"
"Jawabanmu gak nyambung, Ian! Ok, terakhir kali aku tanya, kamu cinta gak sama cewek itu?"
"Kalau aku tidak menuruti perintah kedua orang tuaku, aku akan dibuang dan dikeluarkan dari silsilah keluargaku!"
Bagiku, pernyataan Ian itu sangat tidak masuk akal. Keluarga macam apa yang mencoret anak mereka dari silsilah keluarga hanya karena tidak mau dijodohkan?
Bagai tentara yang kalah perang, aku seperti tak bertenaga lagi. Tanpa banyak bicara , aku masuk ke dalam apartemen meninggalkan Ian yang masih berdiri di balkonnya.
Hatiku seperti diiris-iris dan dikucuri cuka. Perih!
Setelah kejadian itu, aku takpernah lagi menapakkan kaki di balkonku. Sepertinya Ian juga begitu. Ia tidak lagi merokok di balkonnya. Entah di mana ia merokok, aku takmau tahu lagi!
Peristiwa di balkon itu membuatku menjadi frustrasi karena yang aku inginkan hanyalah berjalan-jalan berdua dengannya. Aku tahu aku akan mencintainya, jika dia memberiku kesempatan. Dan aku yakin ia akan mencintaiku, jika ia memberi dirinya kesempatan.