Mohon tunggu...
Widhi S
Widhi S Mohon Tunggu... Editor - Menulis adalah membagi dan meninggalkan ilmu menjadi bermanfaat

Saya suka menulis dengan harapan ide dan tulisan saya bisa bermanfaat dan menjadi jalan keluar bagi pembaca. Semangat!!

Selanjutnya

Tutup

Money

Bank Indonesia Belum Peka Kondisi

28 April 2020   23:20 Diperbarui: 28 April 2020   23:30 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Halo pecinta Kompasiana.. Langsung saja ya.. Sengaja judulnya biar menarik perhatian teman-teman yang ada di Bank Indonesia.. Tapi eiittss..jangan baper dulu.. Artikel yang mau saya sampaikan sekedar masukan aja, dan tentu saja seperti halnya penulis kompasiana yang cerdas, maka masukan tak berarti tanpa menyertakan solusi. 

Kenapa saya menuliskan Bank Indonesia belum peka kondisi? Karena seperti hal nya teman-teman pada umumnya, pasti memiliki sejumlah group whatsapp. Saya juga demikian. Belum lama saya dapat kiriman himbauan yang rutin disampaikan Bank Indonesia setiap ramadhan, utamanya menjelang lebaran. Yup, himbauan belanja bijak. '

Entah karena sudah kebiasaan atau tim ekonomi moneternya kurang tajam memotret kondisi masyarakat, atau entah karena sebab yang lain, redaksionalnya masih tentang 'konsumsi berlebihan dapat menyebabkan inflasi' dan ada juga 'jangan takut kelangkaan barang, karena pemerintah akan menjamin ketersediaan barangnya'. 

Ini yang saya sebut BELUM PEKA KONDISI. Sepertinya tim ekmon nya Bank Indonesia lupa, bahwa kondisi masyarakat sedang dalam serba kesulitan. Dan pasti masyarakat tidak akan membeli barang kebutuhan berlebihan.. Lha wong buat beli beras aja susah, gimana mau borong. Masyarakat juga sudah tau, paham betul, apal diluar kepala, kalo barangnya itu ada. Tidak langka dipasaran. Yang nggak ada itu uang buat belanjanya. Maaf kata-katanya jadi bahasa lisan yak hehehe..

Mungkin akan lebih baik jika redaksionalnya di ubah, lebih ke arah memberikan semangat masyarakat untuk bisa berdaya upaya di tengah kondisi yang masih sulit secara ekonomi. Bisa disampaikan melalui bahasa setempat supaya masyarakat lebih dapat menerima pesannya. Atau lebih ekstrimnya, kampanye buat bikin promosi belanja bijak langsung diubah menjadi sebuah kegiatan untuk mendorong ekonomi masyarakat menjadi bertumbuh. Yang riil bisa dirasakan masyarakat lah. Emmmm tataran paling mudah ya mbagi sembako misalnya. Saya kira itu lebih tepat.

Yah mungkin bisa di anggap opini, atau hal kecil masukan seperti ini. Saya juga tidak berharap banyak dari Bank Indonesia langsung ada respon atau tindak lanjut. Hanya saja hal seperti ini itu menambah gemes di otak.. Jadi teringat hal yang hampir mirip.. 

Ada sebuah artikel yang ditulis di kompas.com yang berjudul 'Akibat Lockwon, Bumi Lebih Sedikit Bergetar'. Isinya tentang ilmuwan di Royal Observatory of Belgium  yang memperhatikan atau meneliti getaran tanah lebih sedikit saat lockdown. Jika hal yang sama ditanyakan ke orang awam, tanpa memiliki gelar profesor doktor pun pasti akan sama. 

Bisa dinalar pake akal sehat lah. Terus terang saya sedang menunggu ada komentar dari tenaga ahli atau hasil penelitian yang menyebutkan, es di antartika mencairnya lebih lambat dibandingkan sebelum lockdown.

Semoga orang pintar yang bergelar profesor, doktor, insinyur, atau siapapun yang sudah sekolah tinggi (di Indonesia) bisa mengeluarkan temuan yang bermanfaat bagi masyarakat banyak, terutama dalam kondisi saat ini. Yang aplikatif bisa langsung dilakukan oleh masyarakat. Sekedar masukan, sekedar tulisan, sekedar mengingatkan. Maturnuwun..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun