Sore ini ada motivasi tersendiri ketika saya beranjak keluar kantor. Timnas Indonesia bakal menantang tim raksasa Jepang di laga terakhir Grup C Kualifikasi Piala Dunia zona Asia.
Saya memang tak mampu terbang ke Jepang, tapi kali ini saya setidaknya bisa menonton laga di atas KRL lawas buatan Jepang. Ya, meskipun euforia KRL dari China sedang tinggi, tapi KRL ex Jepang masih lebih banyak wira-wiri di Jabodetabek.
Sekitar jam 17.30 saya sudah naik KRL Commuter Line tujuan akhir Bogor di Stasiun Manggarai. Kereta masih menunggu sinyal keberangkatan, ketika saya membuka layar ponsel dan mendapati kedua tim bergantian menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing.
Sori ye, saya tidak sedang nonton streaming ilegal karena saya sudah berlangganan di platform resmi yang memegang hak siar. Meski demikian, sejak kick off, beberapa kali sinyal hilang dan layar menampilkan kata "buffering".
Ah, pertandingan macam apa ini? Dikit-dikit "buffering" padahal Takefusa Kubo sedang membangun serangan di lini pertahanan Garuda.
Penonton kecewa, ya saya kecewa, begitupun penumpang di dekat saya yang sedari tadi juga melirik ke layar ponsel saya. Numpang nonton rupanya.
Bahkan tahu-tahu skor sudah 2-0 untuk keunggulan Jepang ketika sinyal ponsel saya kembali muncul di menit 20-an. Rupanya Daichi Kamada dan Takefusa Kubo sudah menjebol gawang Emil Audero secara bergantian.
Akhhh...
Harapan itu mendadak sirna. Jika sebelumnya saya hanya berharap seri, tapi ketinggalan dua gol adalah pertanda buruk.
Sinyal kembali hilang, dan saya hanya bisa menatap setiap sudut dari KRL buatan Jepang yang sudah berusia puluhan tahun itu. Betapa mereka memang unggul di banyak hal dibandingkan kita.