Senin pagi itu adalah hari ketiga Ramadan tahun ini, dan hari pertama masuk kerja di bulan Ramadan bagi sebagian besar orang kantoran. Tak heran jika KRL Commuter Line yang saya tumpangi terasa sesak, layaknya hari-hari biasa di luar Ramadan.
Kereta beranjak dari Stasiun Depok ketika seorang penumpang perempuan yang berdiri di dekat saya tiba-tiba memilih jongkok di lantai kereta. Dalam situasi kepadatan kereta, jongkok tentu sangat susah dan sebenarnya memang dilarang karena bakal mengganggu penumpang lain.
"Mbak, sakit?" tanya saya spontan padanya.
Tak ada jawaban darinya, hanya tatapan seolah mengiba. Bisa jadi ia lemas berdiri berdesakan, dan mungkin juga karena puasa.
Saya pun kemudian menengok ke arah deretan bangku yang dipenuhi orang-orang duduk dan tertunduk.
"Pak, Pak! Boleh minta tempat duduknya? Ada yang sakit nih," ucap saya sambil nyolek pada seorang bapak yang duduk di antara ibu-ibu.
Untungnya bapak itu kemudian bangkit, dan merelakan tempat duduknya untuk si mbak yang pucat pasi tadi.
"Makasih Pak," ucap dia lirih.
Saya sebenarnya enggan menuliskan cerita ini karena tidak ingin ada pembaca yang menganggap saya riya atau sok jadi pahlawan. Tapi setelah saya renungkan kembali, saya perlu menuliskannya karena ternyata kepedulian orang-orang seolah menipis ketika menemukan kejadian seperti itu di tempat umum. Semoga hal ini jadi pembelajaran bagi banyak orang.
Saat itu, di sekeliling saya banyak penumpang lelaki, baik tua maupun muda, yang hanya menatap perempuan itu tanpa berbuat apapun. Seolah tak ada yang berniat menolongnya.