Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Kehidupan dan Self-Growth Saat Ramadan

7 Maret 2025   04:26 Diperbarui: 7 Maret 2025   04:26 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin pagi itu adalah hari ketiga Ramadan tahun ini, dan hari pertama masuk kerja di bulan Ramadan bagi sebagian besar orang kantoran. Tak heran jika KRL Commuter Line yang saya tumpangi terasa sesak, layaknya hari-hari biasa di luar Ramadan.

Kereta beranjak dari Stasiun Depok ketika seorang penumpang perempuan yang berdiri di dekat saya tiba-tiba memilih jongkok di lantai kereta. Dalam situasi kepadatan kereta, jongkok tentu sangat susah dan sebenarnya memang dilarang karena bakal mengganggu penumpang lain.

"Mbak, sakit?" tanya saya spontan padanya.

Tak ada jawaban darinya, hanya tatapan seolah mengiba. Bisa jadi ia lemas berdiri berdesakan, dan mungkin juga karena puasa.

Saya pun kemudian menengok ke arah deretan bangku yang dipenuhi orang-orang duduk dan tertunduk.

"Pak, Pak! Boleh minta tempat duduknya? Ada yang sakit nih," ucap saya sambil nyolek pada seorang bapak yang duduk di antara ibu-ibu.

Untungnya bapak itu kemudian bangkit, dan merelakan tempat duduknya untuk si mbak yang pucat pasi tadi.

"Makasih Pak," ucap dia lirih.

Saya sebenarnya enggan menuliskan cerita ini karena tidak ingin ada pembaca yang menganggap saya riya atau sok jadi pahlawan. Tapi setelah saya renungkan kembali, saya perlu menuliskannya karena ternyata kepedulian orang-orang seolah menipis ketika menemukan kejadian seperti itu di tempat umum. Semoga hal ini jadi pembelajaran bagi banyak orang.

Saat itu, di sekeliling saya banyak penumpang lelaki, baik tua maupun muda, yang hanya menatap perempuan itu tanpa berbuat apapun. Seolah tak ada yang berniat menolongnya.

Dalam konteks pengembangan diri, respon membantu perempuan yang sakit itu termasuk wujud dari self-growth yang tumbuh pada pribadi saya. Jika dulu saya lebih memilih diam dan jadi penonton, kini ketika ada hal-hal semacam itu, yang mengusik kemanusiaan, sebisa mungkin saya percaya diri untuk dapat membantu.

Mungkin hal seperti itu tindakan kecil yang tak berarti di mata banyak orang. Tapi bagi saya, sebenarnya tak semudah itu ketika dilakukan. Termasuk ketika kita membantu korban kecelakaan di jalan, tak semua orang bisa dan sudi melakukannya.

Self-growth telah membantu saya meningkatkan kemampuan, kepekaan, kemanusiaan, dan pemahaman saya tentang dunia dan kehidupan menjadi lebih baik.

Barangkali lebih banyak orang memahami self-growth sebagai pengembangan diri yang lebih berfokus pada pengembangan intelektual seperti peningkatan pengetahuan dan keterampilan kognitif.

Seperti membaca buku, ikut seminar, mengambil kursus dan sebagainya. Kegiatan semacam itu pastinya penting dan bermanfaat, tapi lebih penting lagi bagi saya ketika empati kita atau sisi kemanusiaan dalam diri ini juga turut bertumbuh.

Oleh karena itu, saya lebih suka "membaca" kehidupan nyata ketimbang lebih banyak membaca buku di bulan Ramadan ini. Bagi yang berteman atau follow akun instagram saya @maswidik tentu tahu bahwa memang sering memposting foto atau video human interest seperti di stasiun, jalanan dan sebagainya.

Itulah salah satu hasil saya "membaca" kehidupan di sekeliling saya. Bahkan bulan lalu saya bisa menyusun sebuah ebook yang berisi kisah-kisah penumpang di dalam Commuter Line. Kisah nyata dari fenomena saling berdesakan antarpenumpang, muncul copet, cinta, hingga absurdnya hidup.

Dari merekam dan menulis tentang kehidupan nyata, saya merasa kian berkembang menjadi lebih baik dari semula. Setiap momen yang saya lihat dan pengalaman yang saya alami, sesederhana apapun, dapat kita arahkan menuju hal yang lebih positif dalam hidup.

Momen Ramadan kali ini juga menuntun saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Puasa tentu saja mengajarkan manusia untuk mengendalikan hawa nafsu, melatih kesabaran, dan mendorong untuk lebih banyak peduli terhadap sesama.

Itulah yang semestinya dapat kita praktikkan dalam rangka self-growth. Termasuk menyempatkan diri mengikuti tausiah usai shalat Dhuhur misalnya, membaca Al Quran, atau sejenak mendengarkan kultum usai Subuh atau Isya.

Jika dipadukan dengan "membaca" kehidupan di sekeliling kita, setidaknya banyak hal yang bisa diperoleh untuk bisa menjadi manusia yang lebih baik dan positif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun