Padahal ketika berada di lantai atas, terlihat banyak petugas berjaga sambil ngobrol satu sama lain. Seolah tidak ada instruksi untuk membantu menjaga ketertiban di peron bawah pada titik eskalator rusak.
Eskalator mati, rusak, dan dalam perbaikan sesungguhnya bukan hal baru bagi penumpang KRL Commuterline yang transit di Stasiun Manggarai. Berulang kali perbaikan, nyatanya tak berumur panjang, eskalator pun kerap mati kembali.
Pertanyaan yang mengemuka adalah, bagaimana mungkin fasilitas untuk sebuah stasiun yang bakal dipakai ribuan orang bahkan jutaan, terlihat tidak siap, ringkih, dan tidak mampu menampung kapasitas pengguna yang luar biasa?
Itu perhitungan awalnya bagaimana ya?
Bahkan ketika saya membagikan video situasi tersebut melalui Twitter, tanggapan dari akun resmi @CommuterLine sudah bisa ditebak.
"Selamat malam kak. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Terkait eskalator yg terkendala di St. Manggarai sudah kami sampaikan ke unit terkait & saat ini dalam upaya perbaikan. Bagi pengguna prioritas sebagai alternatif dapat menggunakan fasilitas lift yg tersedia, tks."
Nah, selalu saja template jawaban yang dilontarkan.
Fasilitas eskalator sejatinya sangat vital bagi Stasiun Manggarai yang digadang-gadang bakal menjadi stasiun sentral dan termegah se-Asia Tenggara. Bagaimana mungkin menyandang gelar sebagai stasiun sentral jika pemenuhan fasilitas dasar seperti eskalator saja tidak mencerminkan sisi kemanusiaan.
Pada akhirnya penumpang yang menjadi korban.
Mati lagi eskalator di Stasiun Manggarai. Orang pulang kerja capek dikasih beginian. Belum lagi yang nggak fit, ibu-ibu. Kasihan loh... @CommuterLine @KAI121 @DitjenKA @krlmania pic.twitter.com/FMHA7K2Z3n--- Widi Kurniawan (@maswidik) August 2, 2022