Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Tarif KRL Bisa Naik Rp 100 Ribu per Bulan, Bukan "Cuma" Rp 2.000

26 Januari 2022   22:15 Diperbarui: 27 Januari 2022   05:35 1254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi kepadatan dalam KRL pada jam sibuk (foto by widikurniawan)

Rencana kenaikan tarif KRL Commuterline Jabodetabek begitu memancing pro dan kontra. Sayangnya, pihak yang setuju kebanyakan hanya melihat nominal "cuma" dua ribu rupiah saja.

Itu mah enteng bagi hampir semua orang. Dua ribu rupiah masih lebih murah dari segelas es teh manis.

Berbeda jika dilihat dari kaca mata pengguna harian pulang pergi (PP) yang akan menghitungnya dengan total pengeluaran ekstra bulanan. Kenaikan tarif dasar Rp2000 dikalikan 2x perjalanan PP dikalikan 25 hari kerja, jumlahnya adalah 100 ribu rupiah per bulan.

Itu hitungan bagi pekerja yang masuk 25 hari dalam satu bulan. Kalau misal ia termasuk pekerja yang masuk selama 22 hari per bulan, maka total 88 ribu per bulan bakal dikeluarkan dari koceknya sebagai tambahan ongkos naik KRL per April nanti. Masih cukup berat juga.

Serta patut dicatat bahwa yang terdampak kenaikan dengan hitungan ini adalah mereka yang jarak tempuhnya 25 kilo meter. Dengan kata lain, derita bagi mereka yang rumahnya paling jauh di daerah pinggiran untuk mencapai tempat kerjanya di Jakarta, karena ongkosnya makin mahal. Apesnya, makin jauh tempat tinggal, dipastikan makin minim atau justru tiada alternatif transportasi lainnya.

Bagi pekerja pengguna KRL yang penghasilannya sudah berkecukupan, mungkin angka 100 ribu rupiah per bulan tidak seberapa ngefek. Tapi harus diingat dan digarisbawahi bahwa KRL Commuterline ini mayoritas digunakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.

Jangan dikira yang rutin berangkat pagi dan pulang malam tiap hari adalah pegawai kantoran saja, yang gajinya tak pernah telat dan terjamin. Bisa jadi ia penjaga toko biasa dengan gaji tak seberapa. Bisa jadi ia seorang pedagang kaki lima di daerah Tanah Abang. Atau bisa jadi mereka pekerja sektor informal yang jika tak berangkat kerja tak akan dapat penghasilan.

Itulah wajah KRL Commuterline Jabodetabek. Saya sebagai penumpang harian juga selalu bertemu dengan ragam macam orang dengan segala permasalahannya masing-masing.

Jika seseorang harus merogoh kocek tambahan sebesar 100 ribu per bulan, sedangkan penghasilannya tetap segitu-gitu saja. Wajar jika ada reaksi penolakan.

UMP DKI Jakarta yang versi revisi, naik 225 ribu rupiah. Itupun masih dipersoalkan di tataran elite. Jika pekerja di Jakarta bisa mendapatkan kenaikan UMP, dan ternyata ia adalah pengguna KRL dengan jarak tempuh lebih dari 25 kilo meter, maka bisa dipastikan kenaikan upahnya tetap bikin ngos-ngosan.

Harus dilihat pula situasi saat ini ketika harga-harga kebutuhan lain naik tanpa malu-malu. Maka rencana kenaikan tarif KRL per 1 April 2022 hanya akan menjadi pukulan tambahan. Bikin sakit tapi tak berdarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun