Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelecehan Seksual, Stop Menyalahkan dan Menertawakan Korban

13 Juni 2021   13:54 Diperbarui: 13 Juni 2021   15:42 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber foto: Pexels.com/MART PRODUCTION)

Fasilitas transportasi umum masih menjadi tempat yang rawan terjadinya kasus pelecehan seksual. Bukan hanya terjadi pada kaum perempuan, bahkan kaum lelaki pun kerap jadi sasaran para pelaku.

Saya sendiri sebagai lelaki pernah mengalaminya sebagai korban. Kejadian tersebut saya alami hampir tiga tahun yang lalu di sebuah toilet pria di Stasiun KRL Commuterline, Duren Kalibata, Jakarta.

Bahkan peristiwanya pernah saya tuliskan di Kompasiana dengan judul "Waspada, Pelecehan Sesama Jenis di KRL dan Area Stasiun".

Intinya, waktu itu saya yang sedang berada di dalam toilet memergoki seseorang dari bilik sebelah yang mencoba merekam saya menggunakan sebuah HP berkamera. Saya kemudian meneriakinya dan memanggil petugas keamanan untuk meringkus anak muda tersebut.

Setelah menuliskannya dalam sebuah artikel dengan maksud agar banyak orang menjadi waspada dan mengantisipasi kejadian serupa, justru saya menuai beragam reaksi. Demikian pula tatkala saya menceriterakan secara lisan kepada orang-orang yang saya kenal.

Reaksi yang saya sesalkan adalah cenderung menyalahkan saya dan justru ada yang menertawakan saya. Seolah-olah peristiwa semacam itu merupakan kejadian absurd yang menghibur bagi mereka.

Di satu sisi, saya memang tipikal orang yang kerap becanda dalam suasana obrolan dengan teman-teman tentang berbagai tema. Namun, saat menceritakan kejadian yang jelas-jelas masuk kategori pelecehan seksual itu, saya sama sekali tidak sedang becanda.

Reaksi victim blaming atau menyalahkan korban dalam kasus pelecehan seksual, sering bertebaran di mana-mana, dan mudah kita temukan di kolom komentar media sosial.

Masih segar terjadi, lagi-lagi kasus di dalam KRL Commuterline beberapa waktu lalu yang justru pelaku victim blaming-nya adalah admin akun Twitter resmi KRL Commuterline. Laporan korban malah ditanggapi "ngegas" dan menyalahkan korban kenapa tidak lapor polisi saja dengan disertai bukti.

Sementara itu, di lain tempat dalam kabar kasus pelecehan seksual yang tengah jadi perbincangan karena melibatkan seorang pesohor, korban menyebutkan bahwa ada banyak orang di lokasi tersebut yang justru menertawakan saat peristiwa tersebut terjadi. Reaksi kotor yang jelas amat merendahkan martabat korban.

Kemudian contoh lain, seperti ketika muncul kabar peristiwa pelecehan seksual terhadap perempuan di jalanan atau di tempat umum lainnya, sangat disesalkan ketika malah muncul komentar yang menyoroti gaya berpakaian korban. Apapun alasan dan penyebabnya, tindakan kejahatan pelecehan seksual jelas sangat tidak bisa dibenarkan.

Kurangnya empati adalah salah satu faktor yang menyebabkan orang-orang mudah menyalahkan korban. Mereka tidak bisa berpikir jauh andai saja kejadian tersebut menimpa dirinya, keluarganya atau orang terdekatnya.

Pada kejadian yang menimpa diri saya, mungkin tidak seberat kejadian yang menimpa korban-korban pelecehan seksual lainnya. Tapi bukan berarti bisa ditertawakan atau justru menyalahkan tindakan saya yang tidak langsung main jotos saja membuat babak belur pelaku.

Saya masih bersyukur bisa memergoki perbuatan pelaku. Coba andai tidak. Atau coba bayangkan jika orang lain yang jadi korban dan rekaman saat berada di toilet umum beredar ke mana-mana.

Menjadi korban selalu saja berat. Tidak hanya berperang dengan trauma saat kejadian. Tetapi ketika speak up justru mendapat ragam tanggapan yang kadang memperberat situasi. Padahal dengan berbicara, selain bertujuan membuat jera pelaku, korban justru sedang berusaha membantu banyak orang agar bisa belajar dari peristiwa yang dialaminya.

Itulah mengapa saya tidak malu untuk menceriterakan kejadian yang saya alami pada orang-orang. Ini adalah salah satu cara mencegah pelecehan bagi orang lain. Saya berharap semoga orang-orang yang membaca atau mendengarkan cerita saya bisa ikut mempersempit ruang gerak pelaku-pelaku pelecehan seksual seperti itu. Paling tidak, ketika berada di toilet umum selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang yang berada di situ. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun