Menjelang lebaran tahun ini transaksi belanja online melonjak drastis. Apalagi dipicu dengan adanya larangan mudik, membuat masyarakat memilih melakukan kegiatan belanja online dan mengirimkannya sebagai parcel lebaran kepada keluarga tercinta.
Hal ini membuat layanan jasa pengiriman paket menjadi sibuk luar biasa. Para kurir hilir mudik tanpa kenal lelah mengantarkan barang kepada konsumen.
"Permisssiii!! Pakeeettt!!" teriakan abang kurir ini kian familiar di era meroketnya gaya hidup belanja online.
Saat kita menerima paket, biasanya yang ada di kepala kita adalah sesegera mungkin membuka isinya. Tapi eit tunggu dulu, berhubung masih pandemi Covid-19, sebaiknya kita masih konsisten menyemprot paket yang kita terima dengan disinfektan.
Nah, paket yang telah kita buka biasanya akan membuat kita fokus terhadap barang yang kita pesan. Selanjutnya, kardus atau bungkus kemasan paket bakal terbengkalai begitu saja.
Padahal pada kardus atau bungkus kemasan paket biasanya tertera label alamat yang bertuliskan data diri kita dari mulai nama lengkap, alamat, dan nomor telepon. Jika sampai terbuang begitu saja sebagai sampah, bisa sangat berbahaya.
Orang-orang yang tak bertanggung jawab bisa memanfaatkannya sebagai bahan tidak kejahatan. Misalnya modus penipuan "lawas" seperti mengabarkan melalui telepon bahwa seolah-olah ada salah satu keluarga kita yang kecelakaan, masuk rumah sakit dan perlu biaya segera.
Modus seperti ini pernah saya alami beberapa tahun lalu melalui telepon rumah. Herannya si penipu tahu betul nama-nama orang yang ada di rumah saya. Untunglah pada akhirnya saya tidak tertipu, meski pada awalnya sempat shock mendapat kabar salah satu anggota keluarga dirawat di rumah sakit.
Pola kejahatan umum lainnya adalah seperti menelepon kita dan mengabarkan bahwa kita telah memenangkan hadiah dari perusahaan tertentu. Hal ini bisa agak meyakinkan jika si penipu tahu nama kita, di samping nomor telepon dan alamat lengkap. Dia juga tahu di marketplace mana kita biasa berbelanja. Data-data inilah yang bisa membuat bahan penipuan makin ngeri.
Modus pengiriman paket sistem COD
Modus penipuan terbaru yang saat ini kian marak adalah modus pengiriman paket dengan pembayaran via COD atau cash on delivery. Si calon korban akan menerima paket misterius seolah-olah telah memesan suatu barang dari sebuah toko online. Nama, alamat dan nomor telepon tertera dengan lengkap dan jelas pada kemasan paket.
Karena sistem pembayarannya COD, maka si penerima paket wajib membayarnya. Apabila tidak mau membayar, maka yang apes adalah si kurir yang kena getahnya untuk membayar.
Saat dibuka isi paketnya, biasanya berisi barang dengan kualitas jelek atau abal-abal yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh penerima paket. Nilai dari barang nggak jelas itu juga tidak sesuai dengan harga yang harus dibayarkan.
Inilah yang mengherankan. Dari mana si penipu tahu nama, alamat dan nomor telepon kita? Apakah data diri kita di sistem milik marketplace bisa bocor dan diretas orang? Atau ada upaya pengambilan data diri melalui cara lainnya.
Tentu saja untuk antisipasi, kita perlu berhati-hati terhadap data diri kita yang tersimpan di internet. Salah satunya adalah dengan membuat password yang tidak mudah dibobol orang.
Nah, cara lainnya adalah yang telah kita singgung di depan, yaitu berhati-hati ketika membuang sampah kardus atau kemasan paket yang kita terima saat berbelanja online. Jangan membuangnya secara sembarangan. Jangan meremehkan dengan menganggap bahwa barang yang telah jadi sampah tidak bisa disalahgunakan orang.
Mengantisipasi jelas lebih baik sebelum muncul kejadian yang tidak kita inginkan. Itulah prinsip yang harus kita pegang untuk menghindari segala bentuk modus kejahatan.