Suatu siang seorang kawan anak saya yang sedang bertandang ke rumah terlihat keheranan melihat saya sedang berada di dapur. Saat itu saya sedang memasak sesuatu, sembari melakukan beberapa hal mutitasking ketika berada di dapur, seperti mencuci peralatan masak.
"Om, ngapain di dapur? Kok om yang masak dan nyuci piring sih?" tanya anak umur 6 tahun itu dengan nada polos.
Saya hanya terkekeh menanggapinya. Mencoba memaklumi, mungkin di keluarganya seorang ayah sibuk di dapur bukan termasuk dalam budaya keluarga.
Wajar sih. Banyak lelaki menempatkan dirinya dalam rumah tangga sebagai sosok yang memiliki peran khas lelaki, misal cari nafkah di luar dan saat libur atau berada di rumah lebih banyak istirahat, tiduran, atau keluar nongkrong dengan sesama bapak-bapak.
Tidak ada yang salah dengan hal itu. Silakan saja.
Tapi bagi saya dan keluarga, nyaris tidak ada batasan tentang jenis pekerjaan rumah tangga yang dilakukan. Tidak ada istilahnya "pekerjaan perempuan" atau "pekerjaan laki-laki". Siapapun dalam rumah kami, selagi mampu dan sempat silakan saja melakukan peran tersebut.
Memasak misalnya. Jika saya sedang tidak berada di rumah, tentu istri saya selalu melakukannya. Tetapi terkadang muncul juga mood yang kurang, rasa bosan atau kelelahan yang membuatnya tidak maksimal memasak. Nah, di situlah kemudian saya yang terjun ke dapur dengan ide masakan yang tak terpikirkan oleh istri.
Ya walaupun hanya sekadar sambal tauge, telur dadar dicabein atau nasi goreng. Inilah yang melengkapi kami sebagai suami dan istri. Dalam hal masak memasak, istri saya selalu menyajikan masakan istimewa dengan perencanaan yang panjang, misal soto ayam atau rawon beserta lauk pauknya.Â
Sedangkan saya lebih ke pertolongan pertama pada kelaparan, bisa mie goreng, nasi goreng, bermacam sambal atau apapun itu yang bisa dimanfaatkan dari bahan-bahan yang tersisa di kulkas. Tapi kalau sudah kehabisan ide ya beli makan saja di luar, hehe.
Intinya sih kerja sama. Tidak perlu malu dan tabu terhadap jenis pekerjaan rumah tangga. Saat istri mencuci baju, saya pun bisa lanjut kebagian jemur baju. Bukan hal berat bagi saya, karena sekalian gerak badan daripada kaku-kaku kebanyakan rebahan.
Bahkan jika ada tamu datang, saya pun tak segan membuatkan minum teh atau kopi, bahkan indomie jika tamunya mau. Santai saja gaes, meskipun tak jarang ada tamu yang malah kikuk melihatnya.