Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Hobi Rebahan dan Makan Gorengan Kok Mau Pindah Kewarganegaraan?

9 Oktober 2020   15:35 Diperbarui: 9 Oktober 2020   15:37 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Blake Guidry on Unsplash.com

"Pas lagi di ATM nggak sengaja kepencet English aja udah auto panik, kok sok-sokan mau pindah kewarganegaraan?"

Demikian salah satu komentar netizen di Twitter menanggapi wacana pindah kewarganegaraan yang sedang marak.

Ya, warga negeri ini memang kreatif. Saking kreatifnya, saat kecewa dengan kondisi negeri ini, solusinya sampai pindah kewarganegaraan. Luar biasa solutifnya.

Tapi saya yakin, itu mah kecewa sesaat yang sebenarnya lebih bernuansa humor. Menertawakan keadaan diri sendiri yang kok gini-gini amat. Bisa jadi ada yang memang serius pindah ke luar negeri, tapi jumlahnya pasti tak sebanyak yang hanya koar-koar di medsos saja. Alasannya pun pasti bukan gara-gara terbitnya UU Cipta Kerja semata.

Saya nggak akan merekomendasikan negara mana yang paling cocok buat lari dari kenyataan ini. Tapi yuk tanya pada diri sendiri, apa sudah benar-benar siap jika memang mau pindah kewarganegaraan?

Okelah, kalian jago bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya yang sesuai, serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan untuk pindah kewarganegaraan. Pertanyaannya apa kalian benar-benar siap lahir batin nggak sih?

Pertama soal budaya kerja. Kalau kalian termasuk kaum rebahan yang santuy, kok sepertinya nggak ada negara yang cocok bagi kalian. Mana ada orang kerjaannya rebahan tiap hari bisa punya penghasilan buat bekal hidup di negara lain, kecuali anaknya sultan yang hartanya enggak habis-habis. Apalagi kalau pengennya ganti kewarganegaraan jadi warga Jepang yang dikenal gila kerja. Duh bro, di sana orang kalau gagal mestinya malu, sadar diri bahkan harakiri. Udah siap?

Kedua, soal makanan. Penggemar gorengan, fanatik nasi, tempe, krupuk, sambel, indomie, bubur ayam diaduk, pecel lele, odading dan lain-lainnya, mohon untuk memikirkan segala akibatnya jika sudah jadi warga negara lain. Bisa saja kalian nyetok dari Indonesia, tapi kan nggak bisa sering-sering. Atau nemuin menu serupa di negara tersebut, tapi apa iya bisa sama cita rasanya dengan yang kalian kenal sejak kecil?

Sepertinya kok enggak ada tuh negara yang punya warung lesehan supaya kita bisa makan pakai tangan sambil sebelah kaki diangkat, seraya ngedengerin alunan musik Sunda atau justru dangdut koplo. Juga pasti susah banget nemuin tukang bakso, cilok, somay dan mie ayam keliling yang tinggal kalian panggil saat lewat depan rumah.

Ketiga, pas kalian masuk angin. Jika pindahnya sendirian, siapa yang bikinin teh anget saat kalian masuk angin? Siapa pula yang mau ngurut atau ngerokin tubuh kalian? Aduh, apalagi di Eropa tuh hawanya dingin gaes, bisa masuk angin tiap hari kalau belum terbiasa.

Keempat, bagi kalian yang terbiasa naik motor ke indomaret walau cuma beberapa meter saja. Dih, enggak kebayang ada negara maju impian yang bisa mengakomodir kebiasaan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun