Beberapa tahun belakangan layanan ojek online (ojol) semakin diandalkan masyarakat. Tak hanya jasa transportasi, aplikasi ojol yang saat ini dikuasai oleh duo Gojek dan Grab juga merambah layanan lainnya, misalnya pengantaran makanan.
Seperti halnya layanan berbasis teknologi online lainnya, rating pengguna ojol adalah salah satu indikator kepuasan terhadap layanan yang diberikan. Rating yang berupa tanda bintang dengan jumlah satu hingga lima, bisa diberikan pengguna setelah selesai mendapatkan sebuah layanan.
Misalnya ketika seseorang selesai diantar oleh abang ojol ke suatu tujuan, biasanya di layar aplikasi akan muncul pilihan jumlah bintang yang akan diberikan. Rating bintang lima adalah yang paling dinanti para ojol, karena menandakan kepuasan pengguna.
Sebaliknya, rating rendah bahkan jika sampai bintang satu, bisa berujung masalah. Risikonya order selanjutnya yang bisa makin seret, sampai dengan akibat paling parah yaitu kebijakan putus mitra yang dilakukan oleh pihak aplikasi.
Tak heran banyak driver ojol selalu meminta pengguna untuk rela memberikan bintang lima usai mengantarkan penumpang. Terutama para ojol yang ramah dan tidak ada kendala ketika melakukan tugasnya.
Rating untuk pengantaran makanan
Sedikit berbeda dengan layanan transportasi, untuk layanan pengantaran dan pemesanan makanan menyediakan dua penilaian rating yang berbeda. Pertama, rating untuk penilaian pengantaran oleh si ojol yang muncul sesaat setelah makanan selesai diantarkan.
Kedua, rating untuk kualitas hidangan resto yang kita pesan, biasanya muncul belakangan di aplikasi dalam beberapa waktu kemudian untuk memberikan pemesan menikmati hidangannya terlebih dulu. Baik Go-Food maupun Grabfood memilki fitur penilaian semacam itu.
Seharusnya rating diberikan ke restoran, eh malah ke driver ojol yang hanya bertugas mengambil dan mengantarkan makanan.
Contoh kasus yang kerap dikeluhkan oleh para ojol adalah ketika makanan yang dipesan ternyata rasanya tidak enak atau tidak sesuai dengan harapan.Â
Si pemesan yang diselimuti emosi kemudian langsung memberikan rating bintang satu disertai komentar negatif di halaman penilaian pengantaran, bukannya di halaman penilaian kualitas hidangan resto.
Waduh, yang masak koki restoran kok yang dapat nilai jelek yang nganterin makanan?
Fyi, dalam pemesanan Go-Food atau Grabfood, pihak resto bertanggung jawab sepenuhnya penyiapan menu sesuai pesanan pelanggan. Ojol hanya berperan mengambil dan mengantarkan pesanan sesuai aplikasi.
Jadi kalau komplain terhadap rasa makanan dan sambal yang kurang misalnya, jelas salah alamat jika diarahkan ke driver ojol.
Memang selalu ada suka dan duka dalam setiap usaha, kejadian seperti ini juga menjadi sebuah risiko pekerjaan sebagai ojol. Nyatanya tidak semua ojol itu baik, dan tidak semua layanannya buruk.
Namun, tidak adil rasanya jika gegara segelintir masyarakat konsumen yang malas membaca keterangan, gaptek dan cenderung emosian dalam memberikan rating, justru berimbas pada nasib ojol.
Sekali lagi, ayo dong budayakan membaca dan memahami aplikasi yang sering kita gunakan. Juga jangan gampang nge-gas seandainya mengalami kekecewaan menggunakan layanan online. Ingat, jari kita bisa menentukan nasib orang lain.