Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Derita Tukang Pijat dan Konsumen Pijat di Masa Pandemi

9 Agustus 2020   10:31 Diperbarui: 10 Agustus 2020   15:11 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pijat (foto: Pexels.com/Stephanie Allen)

Sebuah pesan dari nomor asing masuk ke smartphone saya. Ia menyapa nama saya dan memberitahukan bahwa nomor HP-nya baru. Saya baru ngeh, rupanya ia Pak Pono tukang pijat urut langganan saya yang sudah berbulan-bulan lamanya tidak pernah lagi saya panggil ke rumah.

Membaca pesannya membuat saya merasa prihatin. Pandemi Covid-19 benar-benar membuat mata pencahariannya kolaps. Siapa sih yang masih berani menggunakan jasa tukang pijat di masa sekarang? Kecuali memang mereka yang tidak peduli risiko Covid-19, atau sebaliknya, mereka yang bisa memastikan bahwa si pemijat memang benar-benar negatif corona.

Saya bisa membayangkan bagaimana sulitnya kehidupan Pak Pono di masa ini, ketika ia harus menghidupi anak-anaknya yang masih sekolah.

Jasa pijat menjadi salah satu sektor usaha jasa yang paling terdampak pandemi Covid-19. Adanya kontak fisik yang intens membuat banyak orang tidak mau ambil risiko. Nggak mungkin juga dong pijat memijat dengan protokol jaga jarak?

Pemerintah juga telah mengambil kebijakan untuk menutup sementara usaha panti pijat, refleksi dan spa di berbagai daerah yang rawan penyebaran Covid-19. Demikian pula usaha jasa pijat bayi dan pijat khusus ibu hamil yang mengalami penurunan permintaan yang drastis.

Paling parah terdampak adalah ketika aplikasi penyedia jasa pijat terbesar di negeri ini, GoMassage, harus tutup sejak Juni lalu.

Bayangkan berapa banyak pemijat atau terapis yang disebut dengan istilah mitra GoMassage harus kehilangan sumber pendapatan. Memang sebelum ditutup, ada kabar bahwa pihak GoMassage akan memberikan bekal program peningkatan keterampilan melalui pelatihan online kepada para mitranya. 

Namun, bagaimanapun sangat sulit mengalihkan seseorang ke suatu usaha lain ketika mereka sudah terbiasa memiliki keterampilan khusus tertentu.

Buktinya, beberapa hari lalu saya juga menerima pesan lainnya dari seseorang yang mengaku sebagai eks GoMassage. Seperti halnya Pak Pono, pria eks GoMassage ini berusaha mengirimi pesan-pesan kepada orang-orang yang pernah menggunakan jasanya untuk menawarkan jasa pijat urut, refleksi, totok wajah hingga kerokan.

Seharusnya saya merasa jengkel karena bagaimana bisa para eks GoMassage ini tahu nomor saya, sedangkan aplikasinya sudah ditutup. Mungkinkah data pribadi pengguna masih bisa diakses?

Tapi mengingat situasi pandemi yang demikian menyulitkan, saya bisa memahami usahanya untuk mengirim spam pesan berisi penawaran jasa pijat. Siapa tahu memang masih banyak orang yang membutuhkan jasa pijat di masa pandemi ini tetapi kebingungan mencari penyedia jasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun